Kamis, 27 Oktober 2011

Kebangunan Intelektual Muslim

KEBANGUNAN INTELEKTUAL MUSLIM
 Ummi Kalsum Khairani : 10 pedi 1817
A.                Pendahuluan
Penelurusan terhadap peradaban dalam Islam dimulai dari sejarah kehidupan Rasulullah, masa Khulafah al-Rasyidin, dan sejarah kekhalifahan Islam pada dinasti-dinasti yang dibangun dengan kejayaan, dan berakhir disebabkan kelemahan, kelalaian, serta perebutan daerah kekuasaan.
Islam kembali mengukir sejarah yang bertintakan emas, yaitu pada masa Daulah Abbasiyah yang dikenal dengan masa keemasan Islam atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan baik di bidang agama maupun umum.
Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Makmun (813-833 M). Kedua penguasa ini lebih menekankan pada pengembangan peradaban dan kebudayaan Islam daripada  perluasan wilayah. Dan karya terbesar yang mereka ukir adalah berdirinya Bayt al-Hikmah, yaitu rumah kebijakan atau gedung pengetahuan.
Bayt al-Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan, akan tetapi  juga berfungsi sebagai pusat penerjemahan. Penerjemahan terhadap buku-buku kuno, yang di antaranya mengandung ilmu kedokteran, filsafat, matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam. Penerjemahan ini memberi dampak luar biasa terhadap ilmuan-ilmuan Islam yang akhirnya dapat mengembangkan, melakukan inovasi dan penemuan sendiri. Maka dengan demikian intelektual muslim bukan hanya lahir, tetapi juga mewariskan karya besar sepanjang masa.
B.                 Baitul Hikmah Sebagai Lembaga Ilmu Pengetahuan
Baitul Hikmah atau Bayt al – Hikmah merupakan lembaga ilmu pengetahuan yang memiliki beberapa arti, antara lain rumah kebijaksanaan, gedung hikmah,  gedung pengetahuan, atau tempat  pendidikan. Bayt al – Hikmah didirikan oleh khalifah  Abbasiyah ke tujuh, yaitu al-Ma’mun yang berkuasa dari tahun 198  H/ 813 M sampai 218 H/ 833 M. Khalifah al – Ma’mun adalah putra dari Khalifah Harun Al-Rasyid yang telah merintis perpustakaan untuk menyimpan karya para penerjemah dan naskah-naskah asli, namun masih bersifat pribadi dengan kata lain tidak terbuka untuk umum.
Al-Ma’mun Abdullah Abu Abbas bin ar-Rasyid lahir pada tahun 170 H, tepat pada malam Jum’at di pertengahan bulan Rabiul’ Awal. Ibunya bernama Murajil, ia adalah mantan budak yang dinikahi al-Rasyid dan meninggal setelah melahirkan al-Ma’mun.
Al- Ma’mun sudah belajar banyak ilmu semasa kecil,  ia belajar hadits dari ayahnya dan juga dari para ulama lainnya seperti Hajjaj al-‘Awar, al-Ma’mun juga belajar sastra, fiqh, Bahasa Arab, sejarah, dan filsafat. As-Suyuthi mengatakan dia adalah keturunan Bani Abbas yang paling tegas, kuat tekadnya, bijak, luas ilmunya, tajam nalarnya, cerdik, berwibawa, berani, dan pemaaf. 1  dan salah satu keistemewaannya adalah dalam beberapa Ramadhan ia mampu mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak tigapuluh kali.
Al-Ma’mun dikenal sebagai khalifah yang mencintai ilmu pengetahuan, ia mendapat gelar Abu Ja’far yang mengandung makna kemuliaan, optimis, dan panjang umur.  Karena kecintaannya terhadap ilmu, al-Ma,mun  mendirikan Bayt al-Hikmah yang bukan hanya berfungsi sebagai perpustakaan, tetapi juga pusat penerjemahan buku-buku dari sejumlah filosof terkenal dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Berkaitan dengan Bayt al-Hikmah, Mohd. Athiyah Al Abrasyi memberikan
penjelasan bahwa perpustakaan ini didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid di
 
1)     As-Suyuthi, Tarikh Al-Khulafa, Fachry, (Jakarta, Hikmah, 2010) h. 198
kota Baghdad dan kemudian pemeliharaannya dilanjutkan oleh anaknya Khalifah Al-Ma’mun karena kecintaan beliau kepada ilmu dan kesusasteraan dan beliau tergolong orang yang berpengetahuan luas dan berfikiran bebas. Dalam perpustakaan Baitul Hikmah ini tersimpan banyak sekali buku-buku dan tulisan dalam berbagai bahasa antara lain bahasa Coptic, Greek Kuno, Hindu, Persia dan Aramean. Buku-buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sehingga merupakan suatu pembendaharaan yang abadi. “ 2  . Hal senada juga dituliskan oleh  L. Hidayat Siregar  dengan menyatakan Bayt al-Hikmah merupakan lembaga formal yang mensponsori kegiatan ilmiah. Di lembaga ini berkumpul pada cendikiawan seperti Hajjaj ibn Matar, Ibn al-Bitriq, Sulma dan Yuhanna ibn Musawayh. Mereka diutus ke Konstantinopel untuk mendapatkan teks-teks ilmu pengetahuan dan  filsafat Yunani untuk diterjemahkan di Bayt al-Hikmah, Bahgdad. Untuk memimpin lembaga ini ditunjuk Yuhanna ibn Musawayh, karena telah memiliki pengalaman sebagai pengelola Bimarsitan (rumah sakit) dan pendidikan kedokteran di Jundi Syafur, dan dia berhasil menjadikan Bayt al-Hikmah menjadi lembaga yag multi fungsi. Figur Ibn al-Bitriq pun sangat penting di lembaga ini, karena telah berhasil memperkenalkan dan menerjemahkan buku-buku Aristoteles dan Hyppocrates. Dengan berkumpulnya para sarjana kenamaan di Bayt al-Hikmah yang difasilitasi secara penuh oleh khalifah, terciptalah usaha kolektif yang teratur dalam upaya penterjemahan, penelitian dan percobaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat. 3
Selain berfungsi sebagai biro penerjemahan,  lembaga  ini  juga dikenal
sebagai   pusat  kajian  akademis  dan  perpustakaan   umum  serta  memiliki 
2.     L. Hidayat, Sejarah Peradaban Islam Klasik, ( Bandung, Citapustaka Media Perinstis, 2010)  h.175.  Lihat juga Abdel Wahid Abdalla Yousif, Muslim Learning During The Earlier Abbasid Era 749-861 A.D,  (University of Toronto,  1978) h.97. ia menuliskan :  Eighty years after the fall of the umayyads the arabic speaking world possessed arabic translations of the greater part of the works of aristotle, of the leading Neoplatonic commentators, of some of the works of Plato, of other medical writers and their commentators, as well as of other Greek scientific works and of various Indian and Persian writings. ( Delapan puluh tahun setelah jatuhnya Bani Umayyah dalam dunia Arab. Sebagian besar dari karya-karya Aristoteles,  komentar Neoplatonis yang terkemuka , beberapa karya Plato, serta buku medis, dan karya ilmiah dari tulisan-tulisan Yunani, India dan Persia, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab).
3.     Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2008)  h.136
sebuah  observatorium.   Pada   saat   itu observatorium - observatorium yang banyak bermunculan juga berfungsi sebagai pusat-pusat pembelajaran astronomi.4  Dan untuk menerjemah buku-buku Yunani, al – Makmun  menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. 5
Menurut Arif Munandar Riswanto perpustakaan tersebut benar-benar mempunyai andil yang sangat besar dalam mengembangkan ilmu kedokteran, kimia, dan falak, Eksperimen dan penelitian ilmiah selalu berjalan beriringan. Pada saat itu, khalifah dan hartawan banyak berjasa dalam mengadakan buku-buku langka dan memberikan kemudahan bagi para cendikiawan. Khalifah Harun Al-Rasyid mengalokasikan suatu tempat dalam istana untuk tempat buku-buku langka, baik yang berbahasa Arab maupun yang berbahasa lain. Pada masa putranya Al-Makmun, koleksi buku-buku itu bertambah besar hingga mencapai beribu-ribu judul dan ekslempar.”  6
Hal yang paling menarik adalah tentang pertemuan al-Ma’mun dengan Aristoteles di dalam mimpi, J.Pederson menceritakan dari Ibn Al-Nadi bahwa al-Ma’mun dalam mimpinya melihat seseorang berkulit putih kemerah-merahan, keningnya lebar, alisnya bertaut, kepalanya botak, matanya biru, sikapnya gagah, duduk di singgasana. Dia adalah Aristoteles. Percakapan yang berlangsung di antara mereka dalam mimpi itu memberi ilham kepada al-Ma’mun untuk mempromosikan literatur Yunani dalam akademinya. 7
C.                Pusat Penerjemahan
Khalifah al-Ma’mun melakukan hal yang menakjubkan dengan menerjemahkan kitab-kitab peninggalan zaman kuno di antaranya kitab dalam kajian matematika, astronomi, kedokteran, kimia, dan arsitektur, secara besar-besaran.  Tidak tanggung - tanggung, beliau membentuk badan penerjemah,
mengangkat penanggungjawab pada setiap bahasa, pensyarah, menjaga kualitas
4.     Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grapindo persada, 2010) h.52-53
5.     Arif Munandar Riswanto, Buku Pintar Islam, (Jakarta, Mizan Media Utama, 2010) h.641
6.     J.Pedersen, Fajar Intelektualisme Islam, (Bandung, Mizan, 1984) , h.150.
kertas agar naskah yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tidak sampai punah, dan menggaji penerjemah setiap bulannya dengan jumlah yang besar yaitu 500 dinar atau setara dengan dua kilogram emas.
Menurut Ibnu Nadim, al-Ma’mun membentuk tim penerjemah dengan jumlah sepuluh orang yang menguasai bahasa India, Yunani, Persia, Suryaniyah, dan Nibthiniyah di antaranya Abu Yahya bin Al-Bitrik seorang ilmuan dari Greek (Yunani), Hunayn ibn Ishak, Abu Sahl Fadlal b. Nawbakht (dari Persia), ‘Alan al-Syu’ubi (dari Persia), dan Yuhanna ibn Musawayh (dari Syria). Penterjemahan yang dilakukan tidak terbatas menerjemahkan ke dalam bahasa Arab saja, melainkan segala bahasa Negara yang tersebar dalam kumpulan masyarakat Arab. Sebuah contoh penerjemah Yuhanna ibn Musaway, ia menerjemahkan kitab ke dalam bahasa Suryaniyah dan menugaskan yang lain menerjemahkan ke dalam bahasa Arab. Hal ini mengandung maksud bahwa di antara penerjemah ada yang menerjemahkan ke dalam bahasa asli penerjemah kemudian yang lain bertugas menerjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Raghib As-Sirjani dalam bukunya yang berjudul Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, menuliskan bahwa peran para ilmuan tidak terbatas hanya dalam penerjemahan. Mereka juga memberikan ta’liq (komentar) atas kitab-kitab tersebut. Mereka menafsirkan teori atau pandangan dalam kitab itu dan menukilnya sebagaimana telah kita lihat-menyesuaikan konteks, menyempurnakan kekurangan dan mengoreksi setiap kesalahan. Aktivitas ini di masa sekarang dikenal dengan tahqiq (penelitian). 7
Berkaitan dengan masa penerjemahan, Hasan Asari menyatakan penerjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab dimulai pada era khalifa al-Manshur (khilafah 754-775) dan mencapai puncaknya  di bawah  patronase Khalifah al-Ma’mun  (khilafah, 813-833). Dengan demikian pada era ini, ilmuan Muslim tak lagi asing dengan Plato, Aristoteles, Plotinus, Galen, dan filosof-
filosof besar Yunani lainnya. Pada gilirannya karya-karya terjemahan ini menjadi
7.     Raghib As-Sirjani, Madza Qaddamal Muslimuna lil’Alam Ishamaatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insyaniyah, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Sonif, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2009) h. 243.
dasar munculnya kajian yang lebih orisinal. Maka munculnya filosof-filosof Muslim semacam al-Kindi (w.873), al-Farabi (w.950), Ibnu Sina (w.1037), Ibnu Rusyd (1198) dan sebagainya. Di bidang sains pun Islam klasik meninggalkan nama-nama yang terkenal secara universal. Ambil saja contoh al-Khawarizmi (w.836) dan Umar al-Khayyam (w.1132) di  bidang matematika ; Ibnu Sina dan al-Razi (w.925) dalam ilmu kedokteran; al-Majriti (w.1007) dalam kajian kimia, dan seterusnya.  8  Dan al-Ma’mun mengangkat ketua  para  penerjemah  adalah  Hunayn  bin  Ishaq dibantu oleh anaknya Ishaq dan keponakannya Hubays bin Hasan. Hunayn menerjemahkan buku-buku Galen, Hippocrates, Dios Corides (w.50), juga karya Plato, Republic (Siyasah) dan karya Aristoteles Categories (Ma’qulat), Physics (Thabi’iyyat) dan Magna Moralia (Khulqiyat). Karya terpenting dari Hunayn adalah tulisan ilmiah Galen yang diterjemahkan ke dalam bahasa Suriah dan Bahasa Arab. 9  Para penerjemah generasi pertama ini kebanyakan berasal dari keluarga Barmak dari Khurasan, orang-orang dari Zoroaster dari daerah-daerah Persia yang lain, dan para penganut Kristen Nestoris dan Syria yang mengabdi kepada kebutuhan intelektual Islam tanpa meninggalkan keyakinan mereka-masing. 10    
            Selain sebagai perpustakaan dan pusat penerjemahan, Bayt al- Hikmah memiliki fungsi lain, yaitu sebagai :
a.       Markas kajian dan karangan
Para penulis berada di bawah Divisi Penulisan dan Penelitian dalam
perpustakaan, mereka boleh menulis di luar di dalam atau perpustakaan. Bagi
8.     Hasan Asari, Modernisasi Islam, (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2007)  h.16 .
Lihat juga Muhammad Gharib jaudah dalam bukunya  Abaqirah Ulama’Al-hadharah wa al-Islamiyah, Muhyiddin Masrida, 147 Ilmuan Terkemuka dalam Sejarah Islam, (Jakarta, pustaka Al-Kautsar, 2007) h.15. Penerjemahan warisan peradaban yunani ini difokuskan pada ilmu-ilmu kedokteran, biologi, dan fisafat. Setelah menerjemah banyak buku dan mempelajarinya, kaum muslimin kemudian mengkritik apa yang telah mereka terjemahkan dan mulai memadukan antara berbagai macam peradaban terutama peradaban yunani dan india, lalu mencari rumusan ilmu pengetahuan sendiri
9.     Asnil Aida Ritonga (Editor) , Pendidikan Islam Dalam Buaian Arus Sejarah, (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2008) h. 77.Lihat juga Faisal Islmail, Paradigma Kebudayaan Islam, (Jakarta,DEPAG RI,2004) h. 109.  Hunain Ibnu Ishak ( 809-873) menyalin karya-karya Galen, Hipocrates, Dioscorides, dan “ Republik”-nya Plato serta karya-karya Aristoteles yang berjudul Categories, Physics dan Magna Moralia. Buku-buku fisafat yunani klasik juga secara intensif diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh sarjana- sarjana muslim Arab “ .
10.  Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2007) h. 200. 12)
penulis yang memiliki karya dan menyerahkannya pada pihak perpustakaan, mereka mendapat penghargaan dalam bentuk dana yang besar dari Khalifah.
b.      Menara Astronomi (Observatorium Astronomi)
Khalifah al-Ma’mun membangun menara falak (astronomi), yang dapat digunakan oleh para ilmuan astronomi, geografi, dan matematika. Menara ini dibangun di suatu tempat yang bernama Asy-Syamsiyah dekat Baghdad, dengan tujuan agar para pelajar dan ilmuan dapat mempraktikkan teori-teori ilmiah yang sudah dipelajarinya.
c.       Sekolah
Bayt al-Hikmah merupakan lembaga pendidikan, di dalamnya telah terbentuk  suatu struktur yaitu dalam hal penetapan guru dan gaji yang disesuaikan dengan kedudukannya, metode yang digunakan seperti ceramah, dialog, dan diskusi, pendidikan yang meliputi berbagai cabang ilmu yaitu, filsafat, falak, kedokteran, matematika, yang disajikan dalam berbagai bahasa, dan ijazah tanda kelulusan yang langsung diberikan oleh gurunya.
d.      Kantor
Kantor Bayt al-Hikmah dikelola oleh sejumlah mudir (direktur) para ilmuan, dan mendapat gelar “ Shahib Baitul Hikmah “. Mudir pertama adalah Sahal bin Harun al-Farisi yang diangkat oleh Harun ar-Rasyid sebagai penanggung jawab kitab-kitab Hikmah, kemudian al-Ma’mun yang dibantu oleh Said ibn
Harun, yang digelar Ibnu Harim.
D.                Dasar dan Motivasi Pengembangan Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan
Bicara tentang ilmu, bukanlah hal yang luar biasa dalam Islam.  Karena Islam adalah agama menjunjung tinggi keberadaan ilmu, hal ini sudah diabadikan Allah SWT dalam Al-Qur’an melalui firman-Nya pada surah Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5 yang berbunyi :


           
Artinya :     Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. 11

                        Dan sudah merupakan ketetapan baku bahwa dasar pijakan seorang Muslim adalah Al-Qur’an dan hadits. Dan kaitannya dengan keutamaan ilmu agama, Rasulullah bersabda :




Artinya :    Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : Rasulullah Saw, pernah bersabda, “ Di dalam tidurku, aku melihat mangkuk penuh susu diberikan kepadaku dan aku meminumnya hingga membasahi sebagian jemariku. Kemudian aku memberikan sisanya kepada ‘Umar bin Khattab. “ (Para sahabat Nabi Saw.) bertanya, “ Apa tafsir Anda (terhadap mimpi itu) ya Rasulullah Saw ? “ Nabi Saw. menjawab, “ itulah ilmu (agama  (1:82-S.A)  12

          Maka dari ayat dan hadits di atas, dasar pengembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan adalah Al-Qur’an dan Hadits. Namun, sejarah mencatat usaha manusia  dalam melakukan proses pengembangan, seperti perpustakaan yang
tidak lepas atau merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah peradaban Bangsa Arab dan pengembangan pemikiran Islam. Perpustakaan adalah sarana paling penting dalam menyebarkan ilmu pengetahuan sepanjang masa, dan kitab-kitab keilmuan yang ada di dalamnya memberi pengaruh besar terhadap perkembangan pengetahuan manusia.
Dalam sejarah peradaban Islam yang erat kaitannya dengan perpustakaan, dikenal berbagai perpustakaan, yaitu :
1.      Perpustakaan Akademi
11.  Kementrian Urusan Agama Islam, Al-Qur’an Dan Terjemahan , (Arab Saudi, Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at Al-Mush-haf, 1990)  h. 1079
12.   Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, (Bandung,, Mizan Media Utama, 2009), h.37
2.      Perpustakaan Khusus
3.      Perpustakaan Umum
4.      Perpustakaan Sekolah
5.      Perpustakaan Masjid dan Universitas
6.      Perpustakaan Baghdad
Dan terkhusus bagi Perpustakaan Baghdad, Khalifah al-Ma’mun adalah khalifah yang dikenal cinta pada ilmu pengetahuan, sehingga kecintaan ini memberinya motivasi untuk melakukan hal yang luar biasa, yang bukan hanya untuk memenuhi keinginannya semata atau hanya sekedar menjadi koleksi pribadi, tapi ia lakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga Baghdad menjadi terkenal karena peradabannya.
Suwito dalam buku “ Sejarah Sosial Pendidikan Islam “, menguraikan tentang Konsep dasar multikultural pada institusi Bayt al-Hikmah dan pengaruh yang luar biasa terhadap kemajuan peradaban bangsa Arab. Pertama,  nilai-nilai kebebasan berekspresi, keterbukaan, toleransi dan kesetaraan dapat dijumpai pada proses pengumpulan manuskrip-manuskrip dan penerjemahan buku-buku sains dari Yunani untuk melengkapi institusi pendidikan Bayt al-Hikmah yang didirikan al-Ma’mun. Al-Ma’mun telah memberikan kebebasan berekspresi, keterbukaan, dan kesetaraan kepada sarjana Muslim dan non Muslim. Al-Ma’mun juga memberikan penghargaan yang sama kepada kedua kelompok sarjana tersebut dalam bentuk membayar mahal kepada para penerjemah setara dengan bobot emas. Suasana kebebasan intelektual di intitusi ini merupakan peletakan dasar-dasar konsep multicultural dalam pendidikan Islam. Kedua,     Perbedaan etnik kultural dan agama bukan halangan dalan melakukan penerjemahan. Para penerjemah yang memiliki perbedaan etnik  kultural  dan agama yaitu : (1) Abu Shal bin Nawbakht, berkebangsaan Persia;  (2) Alan as-Syu’ubi, berkebangsa Persia (3) Yuhanna  (John) Min Masuya, berkebangsaaan Syria ; (4) Hunayn Bin Ishaq, beragama Kristen  Nestorian dari Hirah (5) Qutha bin Luqa, beragama Kristen Yacobite (6) Abu Bisr Matta Ibn Yunus, beragama Kristen Nestorian (7) Ishak bin Hunayn, beragama Kristen Nestorian ; dan (8) Hubaish juga beragama Kristen. 13
Kebudayaan bangsa, kondisi sosial-politik, ekonomi, dan pendidikan yang berbasis multikultural pada zaman al-Ma’mun membawa pengaruh yang luar biasa terhadap kemajuan peradaban bangsa, yaitu : Pertama, terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, gerakan terjemah yang dikelola dalam suasana keberagaman, kesederajatan, perbedaan-perbedaan kebudayaan toleransi terhadap semua kelompok dan agama khususnya agam Kristen membawa pengaruh pada kemajuan ilmu pengetahuan juga ilmu pengetahuan agama. Ketiga, kebebasan dalam memilih materi dan guru bagi murid dalam proses belajar mengajar dan hubungan harmonis antara guru dan murid dan nilai-nilai toleransi antara keduanya mempercepat berkembanganya ilmu pengetahuan dan lahirnya imam-imam mazhab; seperti Imam Mazhab ketiga yaitu Muhammad ibn Idris as-Syafi’i (767-820 M) dan lahirnya Imam Mazhab keempat yaitu Ahmad Ibn Hambal (780-855 M). 14
E.                 Pembidangan Keilmuan Islam
Dari perjalanan panjang sejarah peradaban Islam, Bani Abbasiyah telah  mengukir sejarah terindah dalam membangun peradaban, bahkan di masa Khalifah al-Ma’mun tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada seperti :  kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kesusasteraan, sehingga zaman ini dapat disebut dengan zaman keemasan peradaban Islam.
Konstribusi ilmu yang dirintis pada masa Harun al-Rasyid dan dilanjutkan oleh putranya al-Ma’mun, telah berbuah manis, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Berikut adalah kemajuan Ilmu Pengetahuan dalam bidang Agama :
1.      Berkembangnya metode tafsir Al-Qur’an, yaitu :
13.  Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana, 2008) h. 29
14.  Ibid, h. 32
a.       Tafsir Bi Al-Ma’tsur
b.      Tafsir Bi Al-Ra’yi
2.      Perkembangan ilmu Hadits, yaitu :
a.       Klasifikasi Hadits secara sistematis, yaitu : shahih, dhaif, dan maudhu
b.      Kritik sanad dan matan
3.      Perkembangan ilmu Fiqih, yaitu :
Lahirnya para  fuqoha yang legendaries, seperti :
a.       Imam Hanifah (700-767 M)
b.      Imam Malik (713-795 M)
c.       Imam Syafi’I (767-820 M)
d.      Imam Ahmad ibnu Hambal (780-855 M)
4.      Perkembangan Ilmu Lughah (Bahasa)
Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi, Arudh, dan Insya
                        Perkembangan yang terjadi bukan hanya dalam bidang keilmuan agama saja, bahkan dalam ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Ajib Thohir dalam buku Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, menuliskan ;
Kemajuan ilmu teknologi (sains) sesungguhnya telah direkayasa oleh ilmuwan muslim. Kemajuan tersebut adalah sebagai berikut.
1.         Astronomi, ilmu ini melalui karya India Sindhind kemudian diterjemahkan oleh Muhammad ibnu Ibrahim al-Farazi (777 M). ia adalah astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian bintang. Di samping itu, masih ada ilmuan-ilmuan islam lainnya, seperti Ali ibnu Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, Umar al-Khayyam dan al-Tusi.

2.         Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah Ali ibnu Rabban al-Tabari. Pada tahun 850 ia mengarang buku Firdaus al-Hikmah. Tokoh lainnya adalah al-Razi, al-Farabi dan Ibnu Sina.

3.         Ilmu Kimia. Bapak ilmu kimia islam adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815M). sebenarnya banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti al-Razi, al-Tuqrai yang hidup pada abad ke-12 M.

4.         Sejarah dan Geografi. Pada masa Abbassiyah sejarawan ternama abad ke-3 H adalah Ahmad bin al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir al-Tabari. Kemudian, ahli ilmu bumi yang termasyur adalah ibnu Khudazabah (820-913M). 15

F.                 Khalifah yang Besar Jasanya terhadap Pengembangan Keilmuan
Adapun khalifah yang memiliki jasa terhadap pengembangan keilmuan dimulai sejak khalifah Abu Ja’far al-Mansur (136-158H/754-775M) khalifah Abbasiyah kedua  16. Dalam menyiapkan pembangunan Baghdad, ia mengundang para ulama dan cendikiawan. Hal ini menjadi bukti  bahwa ia sangat menghargai ilmu pengetahuan. Al-Mansur menjalin hubungan dengan Jundi Syapur yang saat itu merupakan pusat kegiatan ilmiah dan filsafat di bawah orang-orang Nestoria dan menjadikan Girgis ibn Bukhtaisyu dari Jundi Syapur menjadi dokter pribadinya. Keberadaan Girgis di Baghdad telah mendorong berdirinya bimaristan (rumah sakit) namun masih setingkat klinik. Kemudian pada masa khalifah Harun al-Rasyid (170-193H/786-809M) bimaristan didirikan dengan fasilitas belajar ilmu kedokteran dan filsafat. 17  Dengan adanya rumah sakit dan pendidikan ilmu kedokteran dibutuhkan literatur, sehingga mendorong kegiatan penerjemahan ilmu kedokteran dan filsafat dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Harun al-Rasyid membangun perpustakaan untuk menyimpan karya penterjemah dan naskah-naskah asli, namun masih bersifat pribadi khalifah. Selanjutnya setelah puteranya menjadi khalifah menggantikan al-Rasyid yaitu khalifah al-Ma’mun (198-218H/813-833M) mendirikan suatu lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama Bait al-Hikmah (rumah kebijaksanaan).
Puncak kegiatan intelektual muslim terhadap ilmu pengetahuan terjadi pada masa khalifah al-Ma’mun Hal ini ditandai dengan kepeduliannya terhadap perkembangan Baitul Hikmah di mana khalifah al-Ma’mun mengimport para
penerjemah  -   penerjemah   besar  dan penyalin serta penulis-penulis. Bahkan, ia mengutus misi ilmiah sampai ke negara Romawi.
15.       Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada, 2009) h. 52
16.       Lihat L. Hidayat, Sejarah Peradaban Islam Klasik: Agama, Negara, Ilmu Pengetahuan, dan Renaisans h. 176.
17.       Karen Amstrong, Islam A Short History, terj. Ahmad Mustofa, Sejarah Islam Singkat (Yogyakarta: Elbanin Media, 2002), h. 73.
18.       M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 154.
G.                Tokoh dan Ulama yang Paling Tenar dalam Keilmuan Islam
Berikut ini tokoh dan ulama yang paling tenar dalam keilmuan Islam pada bidangnya masing-masing:
1.         Ilmu Tafsir
a.    Mufasir dari kalangan sahabat
1)        Ibnu Mas’ud
Ibnu Mas’ud memiliki nama lengkap Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Hubaib Al-Hadzali.  Ia berada diurutan ke 6 di antara orang yang mula-mula masuk Islam dan semasa mudanya ia bekerja sebagai pengembala kambing miliki ‘Uqbah bin Abi Mut’th. Ia adalah  orang pertama di Makkah yang berani membaca Al-Qur’an dengan suara keras. Suara serta bacaan al-Qur’an nya sangat bagus. Ia ikut hijrah ke Habasyah dan ke Madinah serta tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah.
Ibnu Mas’ud meriwayatkan 848 hadits dari Rasulullah, dan saat mendengarkan Rasulullah meriwayatkan hadits, ia selalu gemetar. Dalam hal hafalan ayat Al-Qur’an, Ibnu Mas’ud telah menerima langsung dari Rasulullah sebanyak 70 surah. Kegemarannya adalah sering melakukan shalat malam, dan di masa khalifah Umar bin Khattab. Ibnu Mas’ud diutus untuk menjadi guru sekaligus pembantu gubernur di Kuffah.
Walaupun ia berpostur tubuh kurus dan pendek. Bahkan jika ia berdiri, maka tingginya sama dengan orang yang duduk. Akan tetapi dalam perang Uhud, ia berhasil menebas leher Abu Jahal setelah Mu’adz berhasil menikamnya.19   
2)        Ibnu Abbas
Abdullah   bin   Abbas   bin  Abdul  Muthalib  Al -    Quraisy
19.       Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kaustar, 2009), h. 116
Al-Hasyimi, adalah nama lengkap dari  Ibnu Abbas. Ia mendapat dua gelar yaitu  Habr Al-Ummah artinya ulama umat dan Turjuman Al-Qur’an yang berarti pakar tafsir Al-Qur’an.
Ibnu Abbas dilahirkan di kota Asy-Sya’ab tahun ke 3 sebelum hijrah. 20  Peristiwa kelahirannya bertepatan dengan pengepungan orang-orang kafir Quraisy terhadap kaum muslimin dan meninggal di di Thaif pada tahun 68 H.
Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits setelah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, dan Jabir. Ia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak 1660 hadits.
Ia tergolong seorang ulama, pakar tafsir Al-Qur’an yang berwawasan luas dan juga merupakan sahabat Nabi yang paling banyak memberi fatwa hukum dan paling sering melakukan ijtihad untuk menyimpulkan hukum. Bahkan Ubadillah bin Utbah berkata, Aku tidak pernah melihat orang yang lebih mengerti terhadap hadits-hadits yang diriwayatkannya dari Rasulullah, dan yang lebih mengerti terhadap ketetapan-ketetapan yang diputuskan Abu Bakar, Umar, dan Utsman selain dari Ibnu Abbas. Aku belum pernah melihat orang yang lebih paham secara mendalam terhadap suatu pendapat, lebih mengerti tentang sya’ir, bahasa Arab, tafsir, ilmu hisab, dan ilmu waris, selain Ibnu Abbas. Aku juga belum pernah melihat orang yang tajam pendapatnya di saat berdebat selain Ibnu Abbas. Secara berselang, ia mengajarkan ilmu fiqh, tafsir, sya’ir, dan sejarah peperangan Arab.  21
3)        Abu Musa Al-Asy’ari
Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadhdhar bin Harb atau Abu
Musa al’Asya’ari  lahir di Zubaid, Yaman, tahun 2 sebelum hijrah. 22
20.       Lihat Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah  h. 112
21.       Ibid. h. 114
22.       Ibid, h. 117
                               dan berasal dari keturunan Bani al-As’ar dari Qathan.
Ia sosok sahabat yang cerdas dan memiliki kemampuan untuk memutuskan perkara hukum dengan akurat. Saat membaca al-Qur’an, maka suaranya dapat menggetarkan hati orang yang mendengarnya.
Setelah keislaman yang diajarkan Rasulullah melekat kuat dihatinya, iapun kembali ke Yaman untuk menyebarkan Islam. Usahanya tidak sia-sia, saat ia kembali ke Makkah, Abu Musa datang dan membawa serta 50 puluh orang penduduk Yaman yang sudah menyatakan diri masuk Islam.
b.    Mufasir dari kalangan tabi’in
1)        Urwh Bin Zubair
Nama lengkapnya adalah Urwah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid al-Asadi al-Quraisy, biasa dipanggil Abu Ubaidillah,Ia dilahirkan tahun 22 H. 23  dan meninggal tahunn 94 H di Madinah.
Zubair bin Awwam adalah ayahnya yang merupakan sahabat setia Rasulullah, dan ibunya bernama Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia memiliki kebiasaan bangun malam untuk melakukan shalat tahajjud dan membaca seperempat al-Qur’an.
Abu Ubaidillah adalah orang yang meriwayatkan hadits dari Ali bin Abi Thalib, Jabir, Aisyah, Hasan, Husin dan lainnya.
c.     Mufasir dari kalangan generasi berikutnya
1)        Ath-Thabari
Nama lengkapnya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far at-Tabariat-Tabari, berasal dari Amol, lahir dan wafat di Baghdad. Dilahirkan pada 224 H, dan wafat pada 310 H. 24 Ia
adalah   seorang   ulama   yang  sulit  dicari  bandingnya,  banyak
23.       Lihat Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah  h. 161
24.       Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009), h. 524. Lihat juga Lihat Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah  h. 347
meriwayatkan hadis, luas pengetahuannya dalam bidang penukilan
dan pentarjihan (penyeleksian untuk memilih yang kuat) riwaya-riwayat, serta mempunyai pengetahuan luas dalam bidang sejarah para tokoh dan berita umat terdahulu.
Kitabnya Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an merupakan tafsir paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para mufasir bil-ma’tsur. At-Tabari memaparkan tafsir dengan menyandarkannya kepada sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Ia juga mengemukakan berbagai pendapat dan mentarjihkan sebagian atas yang lain. Para ulama berkompeten sependapat bahwa belum pernah disusun sebuah kitab tafsir pun yang dapat menyamainya. At-Tabari mempunyai keistimewaan tersendiri berupa istinbat yang unggul dan pemberian isyarat terhadap kata-kata yang sama i’rabnya.
2)        Fakhruddin ar-Razi
Ia adalah Muhammad bin Umar bin al-Hasan at-Tamimi al-Bakri at-Tabaristani ar-Razi Fakhruddin, terkenal dengan Ibnul Khatib asy-Syafi’i al-Faqih. Dilahirkan di Ray pada 543 H dan wafat di Harah pada 606 H. 25 Ia mempelajari ilmu-ilmu diniah dan ‘aqliah sehingga sangat menguasai ilmu logika dan filsafat serta menonjol dalam bidang ilmu kalam.
Ilmu-ilmu ‘aqliah sangat mendominasi pemikiran ar-Razi di dalam tafsirnya, sehingga ia mencampuradukkan ke dalamnya berbagai kajian mengenai kedokteran, logika, filsafat dan hikmah. Ini semua mengakibatkan kitabnya keluar dari makna-makna Qur’an dan jiwa ayat-ayatnya serta membawa nas-nas Kitab kepada persoalan-persoalan ilmu aqliah dan peristilahan ilmiahnya, yang bukan untuk
                               itu  nas nas  tersebut  diturunkan. Oleh karena itu kitab ini tidak
25.       Lihat Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an h. 528. Lihat juga Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah  h. 348
memiliki ruhaniah tafsir dan hidayah Islam, sehingga sebagian ulama berkata, “ Di   dalamnya   terdapat   segala sesuatu selain tafsir itu
sendiri ”.
3)        Asy-Syaukani
Nama lengkapnya adalah Qadi Muhammad bin Ali bin Abdullah asy-Syaukani as-San’ani, seorang imam mujtahid, pembela sunnah dan pembasmi bid’ah. Dilahirkan pada 1173 H, di kampung Syaukan dan dibesarkan San’a. 26  Ia belajar Qur’an dengan sungguh-sungguh, menuntut ilmu dan mendengarkan pelajaran dengan tekun dari ulama-ulama besar. Ia senantiasa bergelut dengan ilmu baik dengan membaca maupun dengan mengajar sampai menemui ajalnya pada 1250 H.
Fathul Qadir karya Asy-Syaukani adalah sebuah tafsir yang menggabungkan antara riwayat dengan istinbat dan penalaran atas nas ayat. Dalam tafsir ini asy-Syaukani banyak bersandar pada tokoh mufasir seperti An-Nahhas, Ibn ‘Atiyah dan al-Qurtubi. Dan tafsir tersebut kini beredar luas di berbagai penjuru dunia Islam.
2.         Ilmu Hadis
Pada masa ini telah dilakukan pengkodifisian hadis sesuai dengan kesahihannya. Lahir ulama-ulama hadis terkenal yaitu:
a.        Bukhari
Bukhari memiliki nama asli Muhammad bin Islmail bin Ibrahim Mughirah bin Bardizbah dan biasa dipanggil dengan Abu Abdullah. Ia dipanggil Bukhari karena dinisbatkan dengan negaranya yang bernama Bukhara. Bukhari lahir pada tahun 194 H di Bukhara Khurasan.
Bukhara pada masa kecilnya adalah seorang tuna netra. Namun, karena ketulusan do’a ibunya, Bukhari bisa melihat kembali setelah ibunya bermimpi mendapat kabar gembira untuk kesembuhan anaknya.
26.       Lihat Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an h. 531
Bukhari memiliki hafalan yang kuat  secara detail, dan ia menjadi tempat kembali pada ulama ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai lafal hadits, ia pernah mengumpulkan empat ratus pencari hadits di Samarkand selama tujuh hari untuk mengoreksi matan dan sanad hadits se maksimal mungkin. Bukhari memiliki syaikh sebanyak 1080 guru bahkan menginfakkan hartanya 500 dirham ( sekitar Rp. 106.966.500 ) setiap bulan untuk mencari ilmu.
Bukhari mulai mempelajari hadis pada usia 11 tahun. Ketika berusia 16 ahun, ia mengunjungi berbagai kota suci, di Mekkah dan Madinah ia mengikuti kuliah para guru besar hadis. Kemudian di usia 18 tahun, ia menulis sebuah buku “Kazayai Sahaba wa Tabain”.
Imam Bukhari tidak hanya mencurahkan seluruh intelegensi dan daya ingatannya yang luar biasa itu pada karya tulisannya yang terpenting (Shahih Bukhari), tetapi juga melaksanakan tugas itu dengan dedikasi dan kesalehan. Ia selalu mandi dan berdoa sebelum menulis buku itu. 27 dan karya monumentalnya A-Jami al-Sahih lebih terkenal sebagai Shahih Bukhari, mengukuhkan reputasinya sebagai ahli hadis Islam terbesar. Kitab ini diakui sebagai bahan sumber yang paling sahih mengenai sunnah. Karya besar Imam Bukhari ini disambut oleh ribuan ahli hadis dan cendekiawan agama sebagai karya hadis Nabi yang terbaik. Lebih dari 53 penjelasan dan sebagiannya terdiri dari 14 jilid telah ditulis tentang Shahih Bukhari. 28
Karya terbesar Bukhari  adalah Shahih Bukhari, yang ratusan buku penjelasan dan terjemahannya telah diterbitkan dalam berbagai bahasa selama lebih dari seribu tahun. Pada tahun 256 H di usianya  kurang lebih 62 tahun dia wafat di Khartank Samarkand.
b.        Muslim
27.  Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, terj. Tim penerjemah Pustaka Firdaus, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 114.
28.  Ibid.
Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Warad Al-Qusya’iri An-Naisaburi, terkenal dengan Imam Muslim, lahir pada tahun 204 H di Qusyair. Dia menuntut ilmu di desanya Khurasan, Ray, Irak, Mekkah, Madinah, Syam dan Mesir. Mengoleksi lebih dari tiga ratus ribu hadis selam 15 tahun, kemudian mengarang Shahih Muslim yang memuat 12.000 hadis. Shahih Muslim dianggap sebagai urutan kedua setelah Shahih Bukhari. 29
Dalam bukunya yang termasyhur, Shahih Muslim, ia menulis kata pembukaan mengupas secara ilmiah ilmu hadis. Kitabnya itu terdiri dari 52 bab, mengupas persoalan umum hadis lima tiang agama, perkawinan, perdagangan, perang, perilaku dan kebiasaan Nabi, para sahabat, dan persoalan agama lainnya. Imam addz-Dzahabi berkata: “Dia seorang imam kabir, hafizh dan menjadi hujjah yang jujur”. 30 Karya-karyanya antara lain Ash-Shahih, Al-Kuna wa al-Asma, Thabaqat, Aulad Shahabah. Akhir hayatnya di Naisabur pada tahun 261 H.
c.         At-Thirmidzy
Muhammad bin Isa bin Saurah bin Adh-Dhahak As-Salami Al-Bughi, sering dipanggil Abi Isa, lahir pada tahun 209 H di Turmudz. Mulai mencari ilmu pada usia duap puluh tahun di kota Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Madinah, Ray, Mesir dan Syam. Dia seorang pengahafal yang kuat, sehingga menjadi rujukan dalam hafalan dan keakuratan.
Meriwayatkan Hadis dari Qutaibah bin Said, Ibnu Rahawaih, Az-Zuhri, Al-Fazarry, Al-Jamahi dan Al-Bukhari, Al-Marwazi, An-Nasafi, Ibnu Hibban Bahili, dan Ibnu Mahbub. Ibnu Hibban berkata: “Abu Isa adalah seorang pegoleksi hadis, pengarang, penghafal dan pemerhati”. 31
Karya-karyanya antara lain: Al-Jami al-Kabir yang terkenal dengan
29.  Lihat Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, terj. Tim penerjemah Pustaka Firdaus, Seratus Muslim Terkemuka, h. 117.
30.  Lihat Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, h. 353.
31.  Ibid.
Sunan Tirmidzi, Asma Ash-Shahabah dan Asma al-Kuna. Dia wafat pada tahun 279 H di desa Bugh Turmudzi.
d.      Ibnu Majah
Muhammad Muhammad bin Yazid Ar-Rib’i Al-Qazwini, terkenal dengan Ibnu Majah, dilahirkan di Quzuwaini pada tahun 209 H. Mulai mencari ilmu mulai usia 20 tahun ke kota Naisabur, Khurasan, Irak, Haijaz, Syam dan Mesir.
Guru-gurunya antara lain Al-Hafizh Ath-Thanafisi, Hisyam bin ‘Umar, Az-Zuhri dan Abu Hudzafah as-Sahmi. Sedangkan murid-muridnya adalah Al-Abrahi, Ibnu Rawah dan Al-Madini. Dia seorang penghafal yang sangat kuat sehingga Imam Adz-Dzahabi mengatakan: “Dia adalah penghafal dari Qazwini di masanya”. 32 Karyanya adalah As-Sunan memuat 400.000 hadis. Pada tahun 273 H diusia ke 64 tahun dia wafat.
e.       An-Nasa’i
Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr yang terkenal dengan An-Nasa’i dilahirkan di kota Nasa, Khurasan pada tahun 215 H. Merantau pada usia 15 tahun untuk menuntut ilmu ke Irak, Syam, Hijaz, Khurasan dan menetap di Mesir. Guru-gurunya antara lain Ishaq bin Rahawaih, Hisyam bin ‘Ammar, Al-Bazzar dan Qutaibah bin Said. Murid-muridnya adalah Ad-Daulabi, Abu Ja’far Ath-Thahawi, Ibnu Haiwah Naisaburi dan At-Thabrani. Imam Az-Zuhri menyekolahkannya kepada Muslim, Abi Daud, At-Tirmidzi dan Sauwah di Bukhara.
f.       Abu Daud
Sulaiman bin Asy’ats bin Bisyr bin Amru bin Amir Al-Azdi Al-Sijistani yang lebih dikenal dengan Abu Daud, lahir di Sijistani pada tahun 202 H. Dia seorang penghafal hadis yang sangat kuat sehingga hafalannya mencapai lima ratus ribu hadis. Merantau kebebera tempat pada usia 18 tahun untuk mencari ilmu, diantaranya kota Irak dan menetap di Bashrah.
32.  Lihat Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, h. 355.
Guru-gurunya antara lain Ath-Thayalisi, Abu Syuraih, Hisyam, Umar, Ibnu Rahawaih, Al-Farra, Al-Madini, Ahmad bin Hambal dan lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Al-Kirmani, Ibnu Abi Dunya, Abu Zur’ah. Kitab Sunannya memuat 4.800 hadis yang dipilih dari 500.000 hadis. Anaknya adalah Abdullah yang termasuk dalam jajaran perawi hadis yang Tsiqat. Karya-karyanya antara lain: As-Sunan, al-Marasil, Masa’il, az-Zuhd. Akhir hayatnya di Bashrah tahun 275 H pada usia ke 73 tahun.
g.      An-Nawawi
Yahaya bin Syaraf bin Murra bin Hasan Al-Hizami Al-Haurani dikenal dengan An-Nawawi karena dinisbatkan kepada asal daerahnya Nawa. Dilahirkan di Nawa kota Hauran, Syiria pada tahun 631 H. Belajar Al-Qur’an di desa Nawa kemudian pergi ke Damaskus. Dia penghafal hadis, baik yang shahih maupun yang cacat. Guru-gurunya adalah Abi Ibrahim Ishaq bin Ahmad Maghribiy. Setiap hari An-Nawawi mempelajari 12 mata pelajaran yang diterangkan dan ditashih, di antaranya kitab al-Wasith, Shahih Muslim, al-jam’u baina shalihain fi al-Mazhab, Rijal al-Hadis, Ushul Fiqh, Ilmu Tauhid, al-Luma’ dan ilmu tashrif. Murid-muridnya antara lain Alauddin Athar, Syamsuddin bin Naqib, Ibnu Ja’wan dan Badruddin bin jamaah.
3.         Ilmu Fiqh
a.    Imam Abu Hanifah
Al-Nu’man bin Tsabit bin Marzaban Al Farisy yang biasa dikenal Abu Hanifah, lahir di kufa pada tahun 80 H (699 M). Dia seorang  ahli terbesar hukum agama Islam pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan, dan menghafal Al-Qur’an sejak masa kecil. 33 Abu Hanifah adalah salah satu dari imam empat dan pemilik mazhab yang terkenal.
Abu  Hanifah  menimba ilmu dari ratusan Syaikh dan mengawali
33.  Lihat Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, h. 337.
dengan ilmu theologi, berdiskusi dengan orang-orang atheis serta aliran
sesat, kemudian atas bimbingan Hamad bin Abi Sulaiman dia dituntun untuk mempelajari ilmu fikih. Abu Hanifah juga seorang pedagang sutra, mengirim dagangannya ke Baghdad untuk diniagakan, dan kembalinya dia membeli apa-apa yang dibutuhkan oleh para guru hadis dan fiqih tanpa mengharapkan imbalan sedikit pun, dan berkata: “Ini adalah rezeki dari Allah untuk tuan-tuan melalui tanganku”. 34  Salah satu pendapatnya  adalah diperbolehkannya mengeluarkan zakat fitrah dengan uang.
Sumbangan terbesar Imam Abu Hanifah ialah Fiqh atau ilmu hukum Islam. Dia merupakan ahli hukum Islam yang paling terkemuka, di mana Fiqh Hanafi diikuti sebagian besar kaum Muslimin di dunia, termasuk di Turki, Mesir, Turkistan, Afganistan, dan anak benua India-Pakistan. 35 Abu Hanifah menolak sebagian besar hadis, dan hanya bertumpu kepada Al-Qur’an. Karya-karya lainnya dalam ilmu fiqih adalah Musnad dan Al-Kharaj.
b.             Imam Malik
Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir Al-Ashbahy Al-Himyari yang dikenal dengan Imam Malik, lahir di Madinah tahun 93 H. Imam Malik mengabdi di bidang pendidikan selama 62 tahun. Cendekiawan ternama yang mendidiknya adalah Imam Ja’far Sadiq, Muhammad bin Syahab az-Zahri, Yahya bin Saeb, dan Rabi Rayi.
Imam Malik terkenal dengan ketulusan dan kesalehannya. Dia selalu bertindak sesuai dengan keinginannya. Ancaman atau kemurahan hati tidak akan dapat membelokkan dia dari jalan yang lurus. Imam Malik juga seorang ahli hukum, lebih dari enam puluh tahun dia memberi fatwa di Madinah. Karyanya antara lain: Al-Muwatha, Risalah fi al-Qadr, Al-Sir,   dan  Risalah  fi  Al - Aqdhiyah. Kaum muslimin yang menganut
Madzhab Maliki terdapat di Arab Barat. Imam Malik wafat di Madinah
34.  Lihat Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, h. 338.
35.  LihatAhmad, Hundred Great Muslims, h. 102
pada tahun 179 H.
c.              Imam Syafi’i
Imam yang ketiga adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris, lebih terkenal sebagai Imam Syafi’i, pendiri Madzhab Fiqh Syafi’i, termasuk golongan suku Quraisy. Dia lahir di Ghaza pada tahun 150 H. Hafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Menjadi murid Imam Malik dalam ilmu fiqh dan menghafal Al-Muwatha pada usia 20 tahun. Madzhabnya tersebar di Mesir, Irak, negeri-negeri Timur, dan sebagian Afrika Timur.
Dalam diri Imam Syafi’i tergabung keahlian prinsip-prinsip Fiqh Islam dan penggunaan bahasa rakyat Hijaz dan Mesir yang lancar, sehingga beliau tidak tertandingi dalam percakapan maupun tulisan. Karya tulisnya lebih baik dari penulis Arab yang terbaik pada masanya, termasuk Jahiz. Di antara karyanya dalam ilmu fiqh adalah Al-Umm, dan Ar-Risalah dalam ilmu ushul fiqh. Imam Syafi’i wafat di Mesir pada tahun 204 H.
d.             Imam Hambali
Imam Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal Syaibani Al-Marwazi, pendiri Madzhab Hambali, lahir pada tanggal 1 Rabiul awal 164 H (Desember 780 M) di Baghdad. Dia merupakan salah satu di antara tokoh utama yang sangat berpengaruh baik dalam perkembangan sejarah, maupun kebangkitan kembali agama Islam.
Imam Syafi’i adalah guru fiqh Imam Hambali, dia dinilai sebagai seorang cendikia yang pernah dijumpai oleh Imam Syafi’i di Baghdad. Dia pernah menghadapi sidang pengadilan dan menanggung tekanan khalifah Abbasiyah selama 15 tahun, karena sikapnya yang melawan doktrin resmi Muktazilah. Hal ini merupakan saksi hidup watak agung dan kegigihan yang mengabdikannya sebagai tokoh besar sepanjang masa. Di antara karyanya adalah : Al-Musnad, Az-Zuhd, Al-Iman dll.

SIMPULAN

            Baitul Hikmah yang dirintis oleh Khalifah Harun al-Rasyid, kemudian dilanjutkan serta dikembangkan secara total oleh putranya al-Ma’mun. Pada awalnya Harun al-Rasyid menyimpan seluruh bukunya hanya untuk koleksi pribadinya sebagai khalifah, akan tetapi di masa al-Ma’mun menjadi khalifah, ia melakukan hal yang berbeda dan luar biasa, hal ini didasari karena kecintaannya yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan sehingga mendorongnya untuk melakukan penerjemahan secara besar-besaran terhadap buku-buku kuno atau kitab klasik, yang diambil khusus dari beberapa tempat seperti Konstatinopel dan Byzantium.
            Khalifah al-Ma’mun, tidak mau tanggung-tanggung dalam mewujudkan niatnya, ia mengambil penerjemah yang berasal dari kalangan ilmuan dari berbagai wilayah, dan memberi penghargaan kepada mereka dengan gaji yang besar. Hal ini memberikan gambaran tentang kedudukan seorang ilmuan di mata Khalifah al-Ma’mun mempunyai tempat khusus, walaupun di antara penerjemah ada yang beragama selain Islam.
            Penerjemahan yang dilakukan tidak terbatas hanya ke dalam bahasa Arab saja, melainkan segala bahasa negara yang tersebar dalam kumpulan masyarakat Arab, dan mereka juga memberikan komentar atas kitab-kitab tersebut,  menafsirkan teori atau pandangan dalam kitab itu ,  menukilnya sebagaimana telah kita lihat-menyesuaikan konteks, menyempurnakan kekurangan dan mengoreksi setiap kesalahan.
            Baitul Hikmah memiliki beberapa fungsi selain perpustakaan, yaitu sebagai pusat penerjemahan atau tempat berkumpul para cendikiawan, markas kajian dan karangan, menara astronomi, sekolah, dan kantor.
            Peradaban yang berkembang terlihat dengan lahirnya ilmuan dan para imam mazhab, dan ini menggambarkan tentang perkembangan keilmuan bukan hanya pada bidang pengetahuan umum, melainkan juga dalam bidang agama.
Peradaban yang lahir pada masa ini, tidak terlepas dari peran besar beberapa orang khalifah, peran ulama, para ahli fiqh, dan peran para ilmuan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdel Wahid Abdalla Yousif, (1978), Muslim Learning During The Earlier Abbasid Era 749-861 A.D,  University of Toronto..

Ajib Thahir, (2009),  Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada.

Arif Munandar Riswanto, Buku Pintar Islam, (2010), Jakarta, Mizan Media Utama

Asnil Aida Ritonga (Editor) , (2008), Pendidikan Islam Dalam Buaian Arus Sejarah, Bandung, Citapustaka Media Perintis.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (2010), Jakarta, PT. Raja Grapindo persada.

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (2008),  Bandung, Pustaka Setia.

Faisal Islmail, Paradigma Kebudayaan Islam, (2004), Jakarta,DEPAG RI.

Hasan Asari, (2007) Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Bandung, Citapustaka Media Perintis.

Hasan Asari, Modernisasi Islam, (2007) , Bandung, Citapustaka Media Perintis.

Jamil Ahmad, (2000), Hundred Great Muslims, terj. Tim penerjemah Pustaka Firdaus, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus.

J.Pedersen, Fajar Intelektualisme Islam, (1984), Bandung, Mizan,

Karen Amstrong, (2002), Islam A Short History, terj. Ahmad Mustofa, Sejarah Islam Singkat (Yogyakarta: Elbanin Media.

Kementrian Urusan Agama Islam,(1990),  Al-Qur’an Dan Terjemahan , Arab Saudi, Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at Al-Mush-haf.

L. Hidayat, Sejarah Peradaban Islam Klasik, (2010), Bandung, Citapustaka Media Perinstis.

Manna’ Khalil al-Qattan, (2009), Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
Mohd. Athiyah Al Abrasyi, (1984), Attarbiyatul Islamiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bustama A.Gani, (Jakarta, PT. Dharma Caraka.

Muhammad Gharib jaudah, (2007), Abaqirah Ulama’Al-hadharah wa al-Islamiyah, Muhyiddin Masrida, 147 Ilmuan Terkemuka dalam Sejarah Islam, (Jakarta, pustaka Al-Kautsar.

M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009.

Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kaustar, 2009.

Raghib As-Sirjani, (2009), Madza Qaddamal Muslimuna lil’Alam Ishamaatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insyaniyah, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Sonif, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (2008), Jakarta, Kencana.

Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, (2009), Bandung, Mizan Media Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar