Senin, 05 Desember 2011

TEORI PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI


TEORI PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
Kelompok III ( Fiki, Aulia, Rahmat, dan Ummi)
PPS IAIN Sumut - 2010/2011

A.      Pendahuluan
1.        Latar Belakang
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi [1]. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik mengkaji proses belajar  penting dari hasil belajar, namun yang lebih penting  dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, system informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa [2]. Asumsi ini didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Dengan penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu proses, dan siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama namun dengan proses belajar yang berbeda.
Sebenarnya teori belajar sibernetik tergolong teori belajar yang relatif baru dan berkaitan erat dengan teori kognitif, terutama yang digagas oleh beberapa tokoh, di antaranya Bruner dengan discovery learningnya, yang beranggapan untuk mewujudkan belajar yang baik, ada beberapa cara seperti;  memiliki kepahaman terhadap konsep, arti, ataupun hubungan, dimana kepahaman ini ditemukan melalui proses intuitif, yang pada akhirnya peserta didik dapat memperoleh pengetahuan baru atau mampu melahirkan sebuah kesimpulan . Kemudian Jhon Dewey dengan berfikir reflektif atau dengan istilah lain pendekatan inkuiri yaitu suatu pendekatan problem solving dalam belajar, di mana tujuan umum penggunaan inkuiri pada siswa adalah untuk menolong siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keingintahuan mereka [3]. Selanjutnya Ausubel dengan model advance organizernya, yang dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, yaitu memperkuat pengetahuan siswa tentang pelajajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. [4]
Teori Sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih luas dari psikologi kognitif. Anderson mengungkapkan perbedaan antara keduanya, yaitu psikologi kognitif  adalah upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan informasi  menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi pikiran dan hasil operasi itu. [5] Dan karena teori ini berdasarkan perkembangan zaman yang erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka teori sibernetik ini tidak bercirikan karya hanya dari satu orang tokoh saja.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa teori pemrosesan informasi adalah bagian dari teori pengolah informasi, yang dalam pengkajiannya akan banyak ditemukan tokoh-tokoh yang berpengaruh dan memiliki teori yang berkaitan erat dengan proses memperoleh informasi.
Pemrosesan informasi sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir.
Dalam teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar yang akan mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu menggunakan lambang verbal dan non verbal dalam penyampaiannya.  Bahkan  orientasi utama pada model mengajarnya mengarah kepada kemampuan siswa  dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan  ilmu pengetahuan.
2.        Rumusan Masalah
Latar belakang di atas menghantarkan penulis untuk merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut :
a.         Siapakah tokoh pencetus teori pembelajaran pemrosesan informasi ?
b.        Apakah teori pembelajaran pemrosesan informasi menurut Robert Gagne ?
c.         Bagaimana pendekatan dalam pemrosesan informasi ?
a.         Bagaimana mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan informasi dalam proses belajar mengajar ?
3.        Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
b.        Mengetahui tokoh pencetus teori pembelajaran pemrosesan infromasi.
c.         Mengetahui teori pembelajaran pemrosesan infromasi menurut Robert Gagne.
d.        Mengetahtui tentang pendekatan dalam pemrosesan informasi.
e.         Mengetahui cara mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan infromasi dalam proses belajar mengajar.
4.        Manfaat Penulisan
Hasil penulisan karya ilmiah ini berguna untuk lebih memahami  tentang teori pembelajaran pemrosesan informasi yang merupakan bagian dari teori sibernetik, memahami pengertian serta pendekatan yang terdapat di dalamnya, dan pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas.
B.       Tokoh Pencetus Teori Pemrosesan Informasi
Salah satu tokoh pencetus dari teori pemrosesan informasi adalah Robert Gagne yang memiliki nama lengkap Robert Milis Gagne, ia dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1916 di di North Andover, Massachusetts dan meninggal pada tanggal 28 April tahun 2002. Setelah lulus dari SMA, Gagne melanjutkan pendidikan di  Yale University.    Pada   tahun   1937    Gagne   
mendapat    gelar   B.A  dari    Yale   University, kemudian dia melanjutkan studinya di Brown University dan mendapat gelar Ph.D  di bidang  psikologi  pada tahun 1940.
Robert Gagne adalah  seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa The Condition Of Learning. Ia profesor psikologi dan pendidikan di Connecticut College untuk Perempuan (1940-1949), Pennsylvania State University (1945-1946),  Princeton (1958-1962), dan University of California di Berkeley (1966-1969), dan profesor di Departemen Penelitian Pendidikan di Florida State University di Tallahassee dimulai pada tahun 1969. Ia juga menjabat sebagai direktur penelitian untuk Angkatan Udara (1949-1958) di Lackland, Texas, dan Lowry, Colorado. Dia bekerja sebagai konsultan untuk Departemen Pertahanan (1958-1961),  dan ke Amerika Serikat Kantor Pendidikan (1964-1966). Selain itu, ia menjabat sebagai direktur penelitian di Institut Penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965).[6]
Gagne merupakan pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi teori matematika, yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan untuk menilai dan meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian dan penerimaan informasi pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses pembelajaran yang secara langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena itu teori pemrosesan informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan ditemukan persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Sehingga pada akhirnya teori ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah.
Pada latar belakang  telah disinggung bahwa dalam teori belajar sibernetik tidak ada satu tokoh yang mendominan, hal ini dikarenakan terus terjadinya perubahan zaman, yang akan berpengaruh pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan ini akan menyebabkan dinamisasi teori dalam hal pemrosesan informasi pada pembelajaran, dan tokoh lain pada teori ini adalah :
Robert S. Siegler , yang juga dikenal dengan nama Bob Siegler. Ia adalah Teresa Heinz Profesor Psikologi di Carnegie Mellon University dan penerima Penghargaan American Psychological Association Distinguished pada tahun 2005.
Siegler mengkhususkan diri dalam pengembangan kognitif pemecahan masalah dan penalaran pada anak-anak. Adapun tiga bidang minat khusus dalam penelitiannya adalah strategi pilihan, pembelajaran jangka panjang, dan aplikasi pendidikan kognitif-teori perkembangan. Siegler menerima gelar B.A di bidang  psikologi dari University of Illinois pada tahun 1970 dan Ph.D bidang psikologi dari SUNY Stony Brook pada tahun 1974, dan ia telah bekerja di Carnegie Mellon University sejak saat itu, dimana ia menjadi kolega dari Herbert Simon. Siegler telah menulis beberapa buku tentang perkembangan kognitif, seperti How Children Discover New Strategies, How Children Develop, Children’s Thinking: 4th Edition, and Emerging Minds, yang dipilih sebagai salah satu Buku Psikologi Terbaik 1996 oleh Asosiasi Penerbit Amerika. Dia juga telah menjabat sebagai associate editor pada jurnal Developmental Psychology, dan jabatannya yang lain  anggota Dewan Penasehat Nasional Matematika atau National Mathematics Advisory Panel.
C.      Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Robert Gagne
Robert. M. Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Warsita, dalam bukunya : The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa ; Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja [7] Dan Gagne menyatakan bahwa  belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa  eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi)[8].
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
1.        Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
2.        Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3.        Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.[9]
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Karena itulah Gagne membuat beberapa rumusan untuk menghubungkan keterkaitan antara faktor internal dan eksternal dalam pembelajaran dalam rangka memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
1.        Gagne membuat rumusan yang berisi urutan untuk menimbulkan  peristiwa pembelajaran, yaitu :
a.         Pembelajaran yang dilakukan dikondisikan untuk menimbulkan minat peserta didik, dan dikondisikan agar perhatian peserta didik terpusat pada pembelajaran sehingga mereka siap untuk menerima pelajaran.
b.        Memulai pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik mengetahui apa yang diharapkan setelah menerima pelajaran.
c.         Guru harus mengingatkan kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
d.        Guru siap untuk menyampaikan materi pelajaran.
e.         Dalam pembelajaran guru memberikan bimbingan atau pedoman kepada siswa untuk belajar.
f.         Guru memberikan motivasi untuk memunculkan respon siswa.
g.        Guru memberikan umpan balik atau penguatan atas respon yang diberikan siswa baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
h.        Mengevaluasi hasil belajar, dan
i.          Memperkuat retensi dan transfer belajar.
2.        Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu :
Benda untuk didemostrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. [10]
3.        Gagne merumuskan “ The domains of Learning “, yaitu  :
Kemampuan belajar manusia yang terbagi kepada lima kategori :
a.         Motor/skill : ketramppilan motorik.
b.        Informasi verbal : dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar.
c.         Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan dunia luar yang berkaitan dengan symbol-simbol.
d.        Strategi kognitif  : organisasi keterampilan yang internal.
e.         Sikap.[11]

4.        Gagne membuat rumusan tahapan dalam tujuan dan tingkatan belajar :
Tahapan tujuan belajar diawali dari yang mudah (rendah), sedang,  ke sulit (tinggi) [12], dan tahapan ini berbanding lurus dengan tahapan proses belajar, yaitu dari yang paling sederhana  ke yang kompleks[13]. Adapun  tingkatan belajar ada empat  : belajar fakta, belajar konsep, belajar prinsip, dan pemecahan masalah. [14]
Toeti Soekamto menambahkan bahwa untuk dapat memecahkan masalah seorang harus terlebih dahulu belajar prinsip, dan sebelum belajar prinsip, maka ia harus belajar konsep terlebih dahulu yang sifatnya lebih mudah.[15]
D.      Model Pemrosesan Informasi
1.        Model proses kontrol pemrosesan informasi [16]
Short-term                             Long-term
                                                                                                Memory                                 memory
  Sensory                Perception            ---------------                           
   Informasi             receptor              
                                                                                                Working                                                Storage
                                                                                                Memory                                 retrieval








 


                                                                                Kreatifitas Pengetahuan

Gambar 1. Model proses kontrol pemrosesan informasi
2.        Model pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner [17]




























 
Sensory                  Short                      Enhanced              Coding                  Long
Stimuli                   Systemy                  term                        ass.                         System                    term
                                                                Storage                                                                                  storage
 



                                                            Forgotten
                                                             Inform

Gambar 2. Model pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner
Keterangan :
1.        Sensory Receptor (SR)\
SR adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang sangat singkat dan mudah tergangu atau berganti.
2.        Working Memory (WM)
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi.
Karekateristik WM, memiliki kapasitas terbatas + 7 slots dan hanya bertahan 15 detik jika tidak diadakan pengulangan, dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
3.        Long Term Memory (LTM)
LTM diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oelh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dadar pengetahuan. [18]

E.       Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan  informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir . Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. [19]
Pada latar belakang telah disampaikan bahwa teori belajar sibernetik merupakan  teori belajar yang relatif baru dan sangat berkaitan dengan teori kognitif, Jika pada psikologi kognitif, proses belajar lebih penting dari hasil belajar, namun pada teori sibernetik yang lebih penting   proses belajar  adalah sistem informasi dan sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif  yang dikemukakan oleh psikologi kognitif untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan melihat sistem kerja komputer yang se akan-akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia bekerja dengan menganalogikan  hardware sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi.
Teori pemrosesan informasi adalah teori yang  menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak, seperti yang tertuang dalam gambar [20] berikut ini :
                                Penyimpanan                                        Penyimpanan
Teks Sementara                                    Jangka Panjang
Rangkaian                                            Atens                                      Belajar
Eksternal                                                                                               @ Pengulangan
                                Pencatatan                                                           @ Hapalan
                            Penginderaan                               Memori              @ Pengkodean           Memori
                                                                                    Jangka               @ Pemecahan            Jangka
                                                                                    Pendek                    masalah                 Panjang

                                                                                                                Pemanggilan

                                   Hilang                                     Hilang                                                       Lupa
Gambar 3. Model pemrosesan informasi
Gambar  tersebut menguraikan beberapa peristiwa mental yang melakukan tranformasi informasi yang dimulai dari input dalam hal ini stimulus yang diberikan pendidik, kepada output dalam bentuk respon yang ditunjukkan oleh peserta didik. Setiap kotak yang dianalogikan sebagai fungsi atau keadaan sistem,  dihubungankan dengan garis yang dianalogikan sebagai proses transformasi informasi dari satu peristiwa kepada peristiwa lain.
Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi, yaitu :
1.        Proses Berpikir
Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi [21], dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu waktu.
2.        Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja  untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak [22] :
a.        Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori [23]. Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis.
Apa itu memori ? bagaimana informasi itu diletakkan dan disimpan dalam mmemori ? bagaimana informasi itu disimpan setelah disandikan ? dan bagaimana caranya   ia  dimunculkan  kembali   untuk   tujuan   tertentu  di kemudian hari ?
Pertanyaan inilah yang dipelajari para psikologi pendidikan, dan mereka menyatakan bahwa  adalah penting untuk tidak memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesuatu ke dalam ingatan, tetapi dilihat dari segi bagaiamana anak menyusun memori mereka. [24]
Memori adalah rentensi informasi [25]. Retensi informasi ini terus menerus melibatkan encoding, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi pada saat diperlukan untuk waktu tertentu. Lihat gambar 4. tentang pemrosesan informasi dalam memori ;










 

           ENCODING                                     PENYIMPANAN                                PENGAMBILAN
           Memasukkan                                   Mempertahankan                                   Mengambil
      Informasi ke dalam                                informasi dari                                      infromasi dari
                Memori                          waktu ke waktu                                   gudang memori


Gambar 4. Pemrosesan informasi dalam memori ;
Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu :
1)        Atensi yaitu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.[26]
2)        Pengulangan yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada dalam memori.[27]
3)        Pemrosesan mendalam, pada bagian ini Fergus Craik dan Robert Lockhart mengatakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level.
Teori level pemrosesan :
Pemrosesan terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.[28]
a)        Level dangkal :
Pada level ini memori akan mendeteksi garis, sudut, dan kontur dari huruf cetak, atau mendeteksi frekuensi, durasi, dan kekerasan suara.
b)        Level menengah :
Pada level ini, stimuli yang sudah dikenali akan diberi label dalam memori.
c)        Level mendalam :
Pada level ini informasi yang diterima akan diproses secara semantik dari sisi maknya.
Contoh ketiga level adalah saat anak melihat tulisan Bank, pada level dangkal ia akan memperhatikan huruf demi huruf, pada level menengah, anak akan melihat karakteristik kata bank memiliki sebutan yang sama dengan kata bang, dan pada level terdalam ia akan berpikir kapan orangtuanya akan membawanya menabung di bank, dan ke bank mana mereka akan menabung.
4)             Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian. Jadi, saat pendidik menyajikan konsep demokrasi pada peserta didik, maka mereka akan mengingatnya dengan lebih baik jika diberikan contoh yang bagus tentang demokrasi.[29]
5)        Mengkonstruksi citra
Allan Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara yaitu sebagai kode verbal atau kode citra/imaji dan menggunakan kode mental. [30]
Sebagai contoh pada saat seseorang mengkonstruksi citra berarti  ia  telah mengelaborasi informasi, seperti menghitung jumlah jendela di rumahnya. Mungkin seseorang akan mengalami kesulitan saat menyebutkan jumlah jendela secara keseluruhan, tetapi ia akan mudah menjawab ketika menggunakan kode mental yaitu dalam mengkonstruksi citra ia dapat  menyebutkan jumlah jendela dengan berjalan secara mental di seluruh bagian rumahnya.
6)        Penataan
Penataan atau pengorganisasian informasi dalam kaitannya dengan penyandian pada memori, maka hal ini akan membawa pengaruh terhadap pemahaman, dengan kata lain, semakin baik seorang pendidik menata informasi dalam menyajikan materi pelajaran, maka semakin mudah peserta didik untuk memahami dan mengingatnya dalam memori.
Pada proses penyimpanan ada tiga simpanan utama yang erat kaitannya dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, yaitu :
1)        Memori sensoris
Memori sensori berfungsi mempertahankan informasi dari dunia, dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid menerima sensasi visual, suara, dan sensasi lainnya. [31]
2)        Memori jangka pendek (working memory)
Memori jangka pendek adalah system memori berkapasitas terbatas dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau diproses lebih lanjut.[32] Trianto mengutip dari Nur, menurut Miller memori jangka pendek mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi. [33] Lebih lanjutnya Trianto menjelaskan bahwa untuk mempertahankan informasi pada memori jangka pendek maka harus melakukan pengulangan dengan cara menghafal.
3)        Memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relative permanen. Kapasitas yang dimiliki memori ini menurut ilmuan computer Jhon Von Neumann tidak terbatas. [34]
Ketiga konsep di atas dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin, mereka mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori jangka panjang. Lihat gambar 5 berikut ini :
                Memori sensorik                         Memori jangka pendek                  Memori kangka panjang











 
                                                   Latihan                                  Penyimpanan


 
Sensoris                                        Atensi                                              Pengambilan
Input
Gambar 5.  Teori memori Atkinson dan Shiffrin [35]

Jika tipe memori dapat dibedakan, demikian juga isi memori jangka panjang dapat dibedakan seperti gambar berikut ini :
Memori Jangka Panjang
 


                                Deklaratif (Eksplisit)                                           Prosedural (Implisit)


 


                Memori Episodik                 Memori Semantik

Gambar 6. Klasifikasi isi memori jangka panjang [36]
Keterangan :
a.         Memori deklaratif adalah pengingatan kembali informasi secara sadar.[37]
b.        Memori prosedural adalah memori yang memiliki kemampuan untuk menginngat kembali bagaimana melakukan sesuatu.[38]
c.         Memori Episodik adalah memori yang menyimpan gambaran  atau bayangan mental yang dilihat atau didengar dari pengalaman-pengalaman pribadi.[39]
d.        Memori semantik adalah memori yang menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan umum atau generalisasi informasi  yang diketahui.[40]

Untuk semakin mendekatkann pemahaman, maka berikut ini adalah  tabel yang menguraikan perbedaan tiga tingkatan memori.
Tabel 1. Perbedaan antara tiga tingkatan memori [41]
Karakteristik
Register Pengideraan
Memori Jangka Pendek
Memori Jangka Panjang
Masuknya informasi
Perhatian awal
Memerlukan perhatian
Latihan pengulangan
Memelihara informasi
Tidak mungkin
Perhatian terus menerus latihan pengulangan
Pengulangan organisasi
Format informasi
Mengcopi masukan secara apa adanya
Bunyi visual yang mungkin semantik
Sebagian besar semantik, sebagian bunyi, dan suara.
Kapasitas
Besar
Kecil
Tidak diketahui batasannya
Hilangnya informasi
Menyeluruh
Pergeseran kemungkinan menyeluruh
Kemungkinan tidak hilang, kemampuan mengakses karena interferensi
Selang berkas
¼ - 2 detik
Sampai 30 detik
Beberapa menit sampai beberapa tahun.
Memanggil kembali
Membaca yang nyaring
Kemungkinan otomatis butir-butir dalam kesadaran isyarat sesat/bunyi
Isyarat perbaikan kemungkinan proses mencari
Kemudian pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah pengambilan kembali dan melupakan. Ketika seseorang mengambil informasi dari gudang data, maka ia melakukan penelusuran untuk mencari informasi yang relevan, pengambilan informasi ini bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga harus memerlukan usaha.
Dalam melupakan, ada beberapa istilah yang berkaitan yaitu cue-dependent forgetting atau kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif, teori interferensi yang menyatakan bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat kembali informasi yang kita inginkan, dan decay teory yang menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa.[42]
b.        Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha [43]. Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman  individu sehingga otomatis dalam memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
c.         Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. [44]
d.        Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.[45]
Ada beberapa tipe transfer, yaitu :
1)        Transfer dekat atau jauh
Transfer dekat adalah transfer yang terjadi pada saat situasi yang sama, yaitu transfer pembelajaran ke situasi yang sama dengan situasi di mana pembelajaran sebelumnya terjadi. Dicontohkan bahwa ketika siswa belajar mengetik di mesin tik akan menggunakan kemampuannya  saat mengetik pada keyboard computer. [46]
Transfer jauh adalah transfer pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari situasi pembelajaran sebelumnya.[47] Contoh siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman jual beli, dengan bekerja sehari pada sebuah toko. Dalam melakukan pekerjaannya, ia harus mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam proses jual beli, proses aplikasi inilah yang disebut  transfer jauh, karena situasi jual beli yang didemonstrasikan di kelas tentu sangat berbeda dengan situasi jual beli yang terjadi di masyarakat.
2)        Transfer jalur rendah dan jalur tinggi
Transfer jalur rendah adalah transfer yag terjadi secara otomatis, yaitu pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki secara tak sadar tertransfer pada situasi yang lain. Sedangkan transfer jalur tinggi adalah transfer yang dilakukan dengan banyak usaha dan dengan kesadaran [48].  Dengan maksud bahwa peserta didik secara sadar membangun koneksi atau mendeteksi hubungan antara apa yang sudah mereka ketahui atau pelajari pada situasi sebelumnya dengan situasi yang baru mereka hadapi.
Tentang pengalaman belajar, Wina Sanjaya menyatakan bahwa ketika seorang pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu  dapat
diperoleh setiap peserta didik. [49]
Kemudian Wina Sanjaya memberikan contoh ketika seorang anak kena api, maka kejadian itu akan memberikan pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan menafsirkan bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit, sehingga ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari [50]. Namun pada peristiwa lain, anak tersebut mendapat kesempatan belajar memasak dengan ibunya, dan secara langsung ia mendapat pengalaman bahwa api memberi manfaat buat dirinya dan keluarganya, dengan membuat kesimpulan dengan adanya api makanan bisa di masak. Kemudian peran generalisasi akan muncul saat ia bisa menyimpulkan bahwa api itu panas karena itu jangan sampai mengenai anggota badan, dan api itu sangat bermanfaat buat manusia terutama dalam memasak makanan.
3.        Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang  di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.[51]
Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi harus lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir yang lebih kritis, terutama di sekolah menengah. Baginya ketrampilan kognitif   terbagi dua, yaitu mengutamakan kemampuan murid untuk mengenali dunia, dan ketrampilan untuk mengetahui pengetahuannya sendiri. [52]
Michael Pressly  dan rekan - rekannya  seperti  yang  telah dikutip Santrock,
mereka telah mengembangkan model metakognitf yang disebut model pemrosesan informasi yang baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi yang kompeten adalah hasil dari sejumlah faktor yang saling berinteraksi.[53]
F.       Aplikasi Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran.
Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran, kita dapat mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta sampai pemecahan masalah, serta  tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke tinggi, dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang pelajaran melukis, seperti berikut ini :
1.        Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar berwarna (fakta).
2.        Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).
3.        Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna tersebut akan saling berpengaruh (prinsip)
4.        Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang  harmonis (pemecahan masalah) [54]

Dan untuk membuat isi pokok bahasan, dapat kita lihat contoh yang dituliskan oleh Harjanto, dalam beberapa materi ajar.
Tabel 2. Isi pokok bahasan [55]
Fakta
Konsep
Prinsip
Pemecahan Masalah
Mengajarkan macam-macam binatang
Identifikasi binatang-binatang sejenis
Binatang-binatang sejenis mempunyai ciri-ciri sama
Mengapa binatang sejenis tidak selalu identik
Mengenal Peta Bumi
Identifikasi beberapa pegunungan
Gunung berapi adalah gunung yang masih aktif dan berbahaya
Bagaimana mengatasi bahaya gunung berapi
Memahami definisi molekul dan gerakan
Hubungan antara molekul dan gerakan
Bahwa udara yang panas (uap air) mengembang
Pemanfaatan tenaga uap untuk mesin/industry.

Dan kaitannya dengan contoh aplikasi dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam, materi ajar perilaku terpuji (qana’ah dan tasamuh), sebagai berikut :
1.        Siswa dapat menyebutkan pengertian qana’ah dan tasamuh (fakta).
2.        Siswa dapat mengidentifikasi karakteristik perilaku qana’ah dan tasamuh
(konsep).
3.        Siswa dapat menyatakan menyampaikan contoh perilaku qana’ah dan tasamuh yang diambil dari pengalamannya dengan lingkungan (prinsip)
4.        Siswa dapat mengaplikasikan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupannya dengan penuh kesadaran (pemecahan masalah).

Contoh menerapkan teori pemrosesan informasi dalam RPP, sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah
:
......................................
Mata Pelajaran
:
Pendidikan Agama Islam
Kelas     /Semester
:
IX/1
Standar Kompetensi
:
4. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar
:
4.3. Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam kehidupan sehari-hari.
Alokasi Waktu 
:
2  X  40 menit ( 1 pertemuan)

Tujuan Pembelajaran 
·           Siswa dapat membiasakan diri berperilaku  qana’ah dan tasamuh dalam kehidupan serta merasakan manfaatnya.

Karakter  siswa yang diharapkan :      Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Materi Pembelajaran   
·           Pembiasaan perilaku qana’ah dan  tasamuh dalam kehidupan
·           Manfaat berperilaku qana’ah dan  tasamuh dalam kehidupan

Metode Pembelajaran 
·           Tanya jawab
·           Modeling
·           Diskusi
·           CTL

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
·           Apresepsi
·           Guru memotivasi siswa mengenai indahnya berakhlak mulia.
·           Guru menyampai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
·      Guru menguraikan contoh-contoh perilaku dan bukan prilaku qana’ah dan tasamuh dalam bentuk tampilan gambar.
2). Elaborasi
·      Siswa melakukan memberi respon terhadap dengan  dapat membedakan contoh dan bukan contoh pada perilaku qana’ah dan tasamuh.
3)   Konfirmasi
·      Siswa menuliskan kesan-kesannya dengan memahami manfaat dari mengaplikasikan perilaku qana’ah da tasamuh.
4) Latihan
·  Siswa membuat kesimpulan manfaat berperilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupan.
Kegiatan Penutup
¨        Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini. Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?

Sumber Belajar           
·        Buku PAI Kelas IX  , Penerbit   Umum
·        LKS MGMP PAI SMP / MTS

Penilaian                     
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen / Soal
·     Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam lingkungan keluarga
·     Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam lingkungan sekolah.
·     Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam lingkungan masyarakat
Tes tertulis

Tes simulasi

·     Simulasikan sikap anak yang toleran terhadap kawannya yang bukan muslim!
               ........................., .............20
Mengetahui                                                     Guru Mapel PAI
Kepala Sekolah

_________________                                      _________________
NIP                                                                 NIP             


Saran Kepala Sekolah :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
G.      Penutup
1.      Simpulan
Selain teori behavioristik, kognitif, dan humanistik, ada teori pembelajaran yang relatif baru, yaitu teori belajar sibernetik. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Jika pada kognitif mengkaji proses belajar  penting dari hasil belajar, maka dalam sibernetik yang lebih penting  dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih luas dari psikologi kognitif. Dengan perbedaan psikologi kognitif  adalah upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan informasi  menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi pikiran dan hasil operasi itu. Di samping itu karena teori itu berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori terus mengalami dinamisasi, karena itulah tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya tidak didominasi oleh hasil pikiran satu orang saja.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi masuk dalam bagian teori sibernetik. Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini memiliki pendekatan, yang dimaksud dengan pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif anak di mana anak dapat mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi yang telah diterimanya. Bahkan menurut pendekatan ini, anak akan bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks
Salah satu tokoh pemrosesan informasi adalah Robert Gagne, yang menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan. Karena itulah teori ini akan membantu kita untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam diri peserta didik, mengerti kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengetahui hal-hal yang dapat menghambat dan memperlancar proses belajar peserta didik, sehingga dengan pengetahuan itu seorang guru akan lebih bijaksana dan tepat dalam menentukan proses belajar.
Pembelajaran pemrosesan informasi dapat diaplikasikan dalam pembelajaran walaupun dalam teori sibernetik ada asumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Dengan dasar bahwa cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
2.       Implikasi 
Sejalan dengan pernyataan Wina Sanjaya bahwa ketika seorang pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu  dapat diperoleh setiap peserta didik.
Maka bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus dengan sebaik-baik penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memberi pengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para tenaga kependidikan, terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah waktunya untuk tidak terlalu memaksakan para pendidik dalam pencapaian target kurikulum, tetapi lebih mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan mengevaluasi setiap target setiap pertemuan.
3.        Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono,  Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Budiningsih, C. Asri,  Belajar dan Pembelajaran, cet.1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Gredler, Margaret E.Bell,  Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Universitas Terbuka, 1988.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Joyce, Bruce, et. al, Models of Teaching, cet. 1, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989.
Sadiman, Arief S. et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.
Sanjaya,Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4, Jakarta: Kencana, 2011.
Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,  cet.7, Jakarta: Kencana, 2010.
Santrock, Jhon. W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, Jakarta,: Kencana, 2011.
Soekamto, Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional, Jakarta: Intermedia, 1993.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4, Jakarta: Kencana, 2009.
Wardani, A.K,  Psikologi Belajar, cet. 2, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.
Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar,, Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada  http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/



[1] C. Asri. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, cet.1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 81.
[2] Ibid.
[3] A.K. Wardani, Psikologi Belajar, cet. 2 (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), h. 4.15
[4] Bruce Joyce, et.. al, Models of Teaching, cet. 1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 281.
[5] Margaret E.Bell Gredler, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta, Universitas Terbuka, 1988), h. 200.
[6] Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada  http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/

[7] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 66. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[8] Ibid.
[9] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 69. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[10] Arief S. Sadiman, et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4 ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h.23.
[11] Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3 (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989), h. 149.
[12] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 159
[13] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h.32.
[14] Harjanto, Perencanaan Pengajaran,  h. 159.
[15] Toeti Soekamto, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional (Jakarta: Intermedia, 1993), h. 83.
[16] C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, h. 82
[17] Ibid, h. 83
[18] Ibid, h.83-84.
[19] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 310.
[20] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4 (Jakarta: Kencana, 2009), h.33
[21] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 310.
[22] Ibid
[23] Ibid
[24] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 312.
[25] Ibid
[26] Ibid,  h.313
[27] Ibid , h.315
[28] Ibid,  h.316
[29] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 316.
[30] Ibid, h.318.
[31] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 320.
[32] Ibid
[33] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,  h.35
[34] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 322.
[35] Ibid, h.323.
[36] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 324.
[37] Ibid.
[38] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,  h.36.
[39] Ibid, h. 35.
[40] Ibid, h. 36.
[41] Ibid.
[42] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 329
[43] Ibid,  h. 310..
[44] Ibid                                                           
[45] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 379.
[46] Ibid
[47] Ibid
[48] Ibid
[49] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4 (Jakarta: Kencana, 2011), h. 160.
[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,  cet.7 (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122.
[51] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 340.
[52] Ibid.
[53] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 341.
[54] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 157.
[55] Ibid, h. 161.