KEBANGUNAN INTELEKTUAL MUSLIM
Ummi Kalsum Khairani : 10 pedi 1817
A.
Pendahuluan
Penelurusan terhadap peradaban dalam
Islam dimulai dari sejarah kehidupan Rasulullah, masa Khulafah al-Rasyidin, dan
sejarah kekhalifahan Islam pada dinasti-dinasti yang dibangun dengan kejayaan,
dan berakhir disebabkan kelemahan, kelalaian, serta perebutan daerah kekuasaan.
Islam kembali mengukir sejarah yang
bertintakan emas, yaitu pada masa Daulah Abbasiyah yang dikenal dengan masa
keemasan Islam atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’.
Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang
ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai
cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku
dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di
berbagai disiplin ilmu pengetahuan baik di bidang agama maupun umum.
Puncak popularitas daulah ini berada
pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Makmun (813-833
M). Kedua penguasa ini lebih menekankan pada pengembangan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan
wilayah. Dan karya terbesar yang mereka ukir adalah berdirinya Bayt al-Hikmah, yaitu rumah kebijakan atau
gedung pengetahuan.
Bayt
al-Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan, akan
tetapi juga berfungsi sebagai pusat
penerjemahan. Penerjemahan terhadap buku-buku kuno, yang di antaranya
mengandung ilmu kedokteran, filsafat, matematika, kimia, astronomi dan ilmu
alam. Penerjemahan ini memberi dampak luar biasa terhadap ilmuan-ilmuan Islam
yang akhirnya dapat mengembangkan, melakukan inovasi dan penemuan sendiri. Maka
dengan demikian intelektual muslim bukan hanya lahir, tetapi juga mewariskan
karya besar sepanjang masa.
B.
Baitul
Hikmah Sebagai Lembaga Ilmu Pengetahuan
Baitul Hikmah atau Bayt al – Hikmah merupakan lembaga ilmu pengetahuan yang memiliki beberapa
arti, antara lain rumah kebijaksanaan, gedung hikmah, gedung pengetahuan, atau tempat pendidikan. Bayt al – Hikmah didirikan oleh khalifah Abbasiyah ke tujuh, yaitu al-Ma’mun yang
berkuasa dari tahun 198 H/ 813 M sampai
218 H/ 833 M. Khalifah al – Ma’mun adalah putra dari Khalifah Harun Al-Rasyid
yang telah merintis perpustakaan untuk menyimpan karya para penerjemah dan
naskah-naskah asli, namun masih bersifat pribadi dengan kata lain tidak terbuka
untuk umum.
Al-Ma’mun Abdullah Abu Abbas bin
ar-Rasyid lahir pada tahun 170 H, tepat pada malam Jum’at di pertengahan bulan
Rabiul’ Awal. Ibunya bernama Murajil, ia adalah mantan budak yang dinikahi
al-Rasyid dan meninggal setelah melahirkan al-Ma’mun.
Al- Ma’mun sudah belajar banyak ilmu
semasa kecil, ia belajar hadits dari
ayahnya dan juga dari para ulama lainnya seperti Hajjaj al-‘Awar, al-Ma’mun
juga belajar sastra, fiqh, Bahasa Arab, sejarah, dan filsafat. As-Suyuthi
mengatakan dia adalah keturunan Bani Abbas yang paling tegas, kuat tekadnya,
bijak, luas ilmunya, tajam nalarnya, cerdik, berwibawa, berani, dan pemaaf. 1
dan salah satu keistemewaannya adalah dalam beberapa Ramadhan ia mampu
mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak tigapuluh kali.
Al-Ma’mun dikenal sebagai khalifah yang
mencintai ilmu pengetahuan, ia mendapat gelar Abu Ja’far yang mengandung makna
kemuliaan, optimis, dan panjang umur. Karena
kecintaannya terhadap ilmu, al-Ma,mun mendirikan Bayt
al-Hikmah yang bukan hanya berfungsi sebagai perpustakaan, tetapi juga
pusat penerjemahan buku-buku dari sejumlah filosof terkenal dan diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab.
Berkaitan dengan Bayt al-Hikmah, Mohd. Athiyah Al Abrasyi memberikan
penjelasan bahwa
perpustakaan ini didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid di
1) As-Suyuthi,
Tarikh Al-Khulafa, Fachry, (Jakarta,
Hikmah, 2010) h. 198
kota
Baghdad dan kemudian pemeliharaannya dilanjutkan oleh anaknya Khalifah
Al-Ma’mun karena kecintaan beliau kepada ilmu dan kesusasteraan dan beliau
tergolong orang yang berpengetahuan luas dan berfikiran bebas. Dalam
perpustakaan Baitul Hikmah ini tersimpan banyak sekali buku-buku dan tulisan
dalam berbagai bahasa antara lain bahasa Coptic, Greek Kuno, Hindu, Persia dan
Aramean. Buku-buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sehingga
merupakan suatu pembendaharaan yang abadi. “ 2 .
Hal senada juga dituliskan oleh L.
Hidayat Siregar dengan menyatakan Bayt
al-Hikmah merupakan lembaga formal yang mensponsori kegiatan ilmiah. Di lembaga
ini berkumpul pada cendikiawan seperti Hajjaj ibn Matar, Ibn al-Bitriq, Sulma
dan Yuhanna ibn Musawayh. Mereka diutus ke Konstantinopel untuk mendapatkan
teks-teks ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani untuk diterjemahkan di Bayt al-Hikmah, Bahgdad. Untuk memimpin lembaga
ini ditunjuk Yuhanna ibn Musawayh, karena telah memiliki pengalaman sebagai
pengelola Bimarsitan (rumah sakit)
dan pendidikan kedokteran di Jundi Syafur, dan dia berhasil menjadikan Bayt
al-Hikmah menjadi lembaga yag multi fungsi. Figur Ibn al-Bitriq pun sangat
penting di lembaga ini, karena telah berhasil memperkenalkan dan menerjemahkan
buku-buku Aristoteles dan Hyppocrates. Dengan berkumpulnya para sarjana
kenamaan di Bayt al-Hikmah yang difasilitasi secara penuh oleh khalifah,
terciptalah usaha kolektif yang teratur dalam upaya penterjemahan, penelitian
dan percobaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat. 3
Selain berfungsi sebagai biro
penerjemahan, lembaga ini juga dikenal
sebagai pusat
kajian akademis dan
perpustakaan umum serta
memiliki
2.
L.
Hidayat, Sejarah Peradaban Islam Klasik,
( Bandung, Citapustaka Media Perinstis, 2010)
h.175. Lihat juga Abdel Wahid
Abdalla Yousif, Muslim Learning During
The Earlier Abbasid Era 749-861 A.D,
(University of Toronto, 1978)
h.97. ia menuliskan : “ Eighty years after the fall of the umayyads
the arabic speaking world possessed arabic translations of the greater part of
the works of aristotle, of the leading Neoplatonic commentators, of some of the
works of Plato, of other medical writers and their commentators, as well as of
other Greek scientific works and of various Indian and Persian writings. ( Delapan puluh tahun setelah jatuhnya
Bani Umayyah dalam dunia
Arab. Sebagian besar dari karya-karya Aristoteles,
komentar
Neoplatonis yang
terkemuka , beberapa karya Plato, serta buku
medis, dan
karya ilmiah
dari tulisan-tulisan Yunani, India dan Persia, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab).
3.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung,
Pustaka Setia, 2008) h.136
sebuah observatorium. Pada saat
itu observatorium - observatorium yang banyak bermunculan juga berfungsi
sebagai pusat-pusat pembelajaran astronomi.4 Dan untuk menerjemah buku-buku Yunani, al –
Makmun menggaji penerjemah-penerjemah
dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. 5
Menurut Arif Munandar Riswanto
perpustakaan tersebut benar-benar mempunyai andil yang sangat besar dalam
mengembangkan ilmu kedokteran, kimia, dan falak, Eksperimen dan penelitian
ilmiah selalu berjalan beriringan. Pada saat itu, khalifah dan hartawan banyak
berjasa dalam mengadakan buku-buku langka dan memberikan kemudahan bagi para
cendikiawan. Khalifah Harun Al-Rasyid mengalokasikan suatu tempat dalam istana
untuk tempat buku-buku langka, baik yang berbahasa Arab maupun yang berbahasa
lain. Pada masa putranya Al-Makmun, koleksi buku-buku itu bertambah besar
hingga mencapai beribu-ribu judul dan ekslempar.” 6
Hal yang paling menarik adalah tentang
pertemuan al-Ma’mun dengan Aristoteles di dalam mimpi, J.Pederson menceritakan
dari Ibn Al-Nadi bahwa al-Ma’mun dalam mimpinya melihat seseorang berkulit
putih kemerah-merahan, keningnya lebar, alisnya bertaut, kepalanya botak,
matanya biru, sikapnya gagah, duduk di singgasana. Dia adalah Aristoteles.
Percakapan yang berlangsung di antara mereka dalam mimpi itu memberi ilham
kepada al-Ma’mun untuk mempromosikan literatur Yunani dalam akademinya. 7
C.
Pusat
Penerjemahan
Khalifah al-Ma’mun melakukan hal yang
menakjubkan dengan menerjemahkan kitab-kitab peninggalan zaman kuno di
antaranya kitab dalam kajian matematika, astronomi, kedokteran, kimia, dan
arsitektur, secara besar-besaran. Tidak
tanggung - tanggung, beliau membentuk badan penerjemah,
mengangkat penanggungjawab pada setiap
bahasa, pensyarah, menjaga kualitas
4.
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta, PT. Raja Grapindo persada, 2010) h.52-53
5.
Arif Munandar Riswanto, Buku Pintar Islam, (Jakarta, Mizan Media
Utama, 2010) h.641
6.
J.Pedersen, Fajar Intelektualisme Islam, (Bandung, Mizan, 1984) , h.150.
kertas
agar naskah yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tidak sampai punah,
dan menggaji penerjemah setiap bulannya dengan jumlah yang besar yaitu 500
dinar atau setara dengan dua kilogram emas.
Menurut Ibnu Nadim, al-Ma’mun membentuk
tim penerjemah dengan jumlah sepuluh orang yang menguasai bahasa India, Yunani,
Persia, Suryaniyah, dan Nibthiniyah di antaranya Abu Yahya bin Al-Bitrik
seorang ilmuan dari Greek (Yunani), Hunayn ibn Ishak, Abu Sahl Fadlal b.
Nawbakht (dari Persia), ‘Alan al-Syu’ubi (dari Persia), dan Yuhanna ibn Musawayh
(dari Syria). Penterjemahan yang dilakukan tidak terbatas menerjemahkan ke dalam
bahasa Arab saja, melainkan segala bahasa Negara yang tersebar dalam kumpulan
masyarakat Arab. Sebuah contoh penerjemah Yuhanna ibn Musaway, ia menerjemahkan
kitab ke dalam bahasa Suryaniyah dan menugaskan yang lain menerjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Hal ini mengandung maksud bahwa di antara penerjemah ada
yang menerjemahkan ke dalam bahasa asli penerjemah kemudian yang lain bertugas
menerjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Raghib As-Sirjani dalam bukunya yang
berjudul Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, menuliskan bahwa peran para
ilmuan tidak terbatas hanya dalam penerjemahan. Mereka juga memberikan ta’liq
(komentar) atas kitab-kitab tersebut. Mereka menafsirkan teori atau pandangan
dalam kitab itu dan menukilnya sebagaimana telah kita lihat-menyesuaikan
konteks, menyempurnakan kekurangan dan mengoreksi setiap kesalahan. Aktivitas
ini di masa sekarang dikenal dengan tahqiq (penelitian). 7
Berkaitan dengan masa penerjemahan, Hasan
Asari menyatakan penerjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab dimulai pada
era khalifa al-Manshur (khilafah 754-775) dan mencapai puncaknya di bawah
patronase Khalifah al-Ma’mun
(khilafah, 813-833). Dengan demikian pada era ini, ilmuan Muslim tak
lagi asing dengan Plato, Aristoteles, Plotinus, Galen, dan filosof-
filosof besar
Yunani lainnya. Pada gilirannya karya-karya terjemahan ini menjadi
7.
Raghib
As-Sirjani, Madza Qaddamal Muslimuna
lil’Alam Ishamaatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insyaniyah, Sumbangan
Peradaban Islam Pada Dunia, Sonif, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2009) h.
243.
dasar
munculnya kajian yang lebih orisinal. Maka munculnya filosof-filosof Muslim
semacam al-Kindi (w.873), al-Farabi (w.950), Ibnu Sina (w.1037), Ibnu Rusyd
(1198) dan sebagainya. Di bidang sains pun Islam klasik meninggalkan nama-nama
yang terkenal secara universal. Ambil saja contoh al-Khawarizmi (w.836) dan
Umar al-Khayyam (w.1132) di bidang
matematika ; Ibnu Sina dan al-Razi (w.925) dalam ilmu kedokteran; al-Majriti
(w.1007) dalam kajian kimia, dan seterusnya. 8 Dan al-Ma’mun mengangkat
ketua para penerjemah adalah Hunayn bin Ishaq dibantu oleh anaknya Ishaq dan
keponakannya Hubays bin Hasan. Hunayn menerjemahkan buku-buku Galen,
Hippocrates, Dios Corides (w.50), juga karya Plato, Republic (Siyasah) dan
karya Aristoteles Categories (Ma’qulat), Physics (Thabi’iyyat) dan Magna Moralia
(Khulqiyat). Karya terpenting dari Hunayn adalah tulisan ilmiah Galen yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Suriah dan Bahasa Arab. 9 Para penerjemah
generasi pertama ini kebanyakan berasal dari keluarga Barmak dari Khurasan,
orang-orang dari Zoroaster dari daerah-daerah Persia yang lain, dan para
penganut Kristen Nestoris dan Syria yang mengabdi kepada kebutuhan intelektual
Islam tanpa meninggalkan keyakinan mereka-masing. 10
Selain sebagai perpustakaan dan
pusat penerjemahan, Bayt al- Hikmah memiliki fungsi lain, yaitu sebagai :
a. Markas
kajian dan karangan
Para
penulis berada di bawah Divisi Penulisan dan Penelitian dalam
perpustakaan,
mereka boleh menulis di luar di dalam atau perpustakaan. Bagi
8.
Hasan Asari, Modernisasi Islam, (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2007) h.16 .
Lihat juga Muhammad
Gharib jaudah dalam bukunya Abaqirah Ulama’Al-hadharah wa al-Islamiyah,
Muhyiddin Masrida, 147 Ilmuan Terkemuka dalam Sejarah Islam, (Jakarta,
pustaka Al-Kautsar, 2007) h.15. Penerjemahan warisan peradaban yunani ini
difokuskan pada ilmu-ilmu kedokteran, biologi, dan fisafat. Setelah menerjemah
banyak buku dan mempelajarinya, kaum muslimin kemudian mengkritik apa yang
telah mereka terjemahkan dan mulai memadukan antara berbagai macam peradaban
terutama peradaban yunani dan india, lalu mencari rumusan ilmu pengetahuan
sendiri
9.
Asnil Aida Ritonga (Editor) , Pendidikan Islam Dalam Buaian Arus Sejarah,
(Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2008) h. 77.Lihat juga Faisal Islmail, Paradigma Kebudayaan Islam, (Jakarta,DEPAG
RI,2004) h. 109. “ Hunain Ibnu Ishak ( 809-873) menyalin
karya-karya Galen, Hipocrates, Dioscorides, dan “ Republik”-nya Plato serta karya-karya Aristoteles yang berjudul Categories, Physics dan Magna Moralia. Buku-buku fisafat yunani
klasik juga secara intensif diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh sarjana-
sarjana muslim Arab “ .
10. Hasan
Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam,
(Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2007) h. 200. 12)
penulis
yang memiliki karya dan menyerahkannya pada pihak perpustakaan, mereka mendapat
penghargaan dalam bentuk dana yang besar dari Khalifah.
b. Menara
Astronomi (Observatorium Astronomi)
Khalifah
al-Ma’mun membangun menara falak (astronomi), yang dapat digunakan oleh para
ilmuan astronomi, geografi, dan matematika. Menara ini dibangun di suatu tempat
yang bernama Asy-Syamsiyah dekat Baghdad, dengan tujuan agar para pelajar dan
ilmuan dapat mempraktikkan teori-teori ilmiah yang sudah dipelajarinya.
c. Sekolah
Bayt
al-Hikmah merupakan lembaga pendidikan, di dalamnya telah terbentuk suatu struktur yaitu dalam hal penetapan guru
dan gaji yang disesuaikan dengan kedudukannya, metode yang digunakan seperti
ceramah, dialog, dan diskusi, pendidikan yang meliputi berbagai cabang ilmu
yaitu, filsafat, falak, kedokteran, matematika, yang disajikan dalam berbagai
bahasa, dan ijazah tanda kelulusan yang langsung diberikan oleh gurunya.
d. Kantor
Kantor
Bayt al-Hikmah dikelola oleh sejumlah mudir (direktur) para ilmuan, dan
mendapat gelar “ Shahib Baitul Hikmah “. Mudir pertama adalah Sahal bin Harun
al-Farisi yang diangkat oleh Harun ar-Rasyid sebagai penanggung jawab
kitab-kitab Hikmah, kemudian al-Ma’mun yang dibantu oleh Said ibn
Harun,
yang digelar Ibnu Harim.
D.
Dasar
dan Motivasi Pengembangan Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan
Bicara tentang ilmu, bukanlah hal yang
luar biasa dalam Islam. Karena Islam
adalah agama menjunjung tinggi keberadaan ilmu, hal ini sudah diabadikan Allah
SWT dalam Al-Qur’an melalui firman-Nya pada surah Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5 yang
berbunyi :
Artinya
: Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. 11
Dan sudah merupakan
ketetapan baku bahwa dasar pijakan seorang Muslim adalah Al-Qur’an dan hadits.
Dan kaitannya dengan keutamaan ilmu agama, Rasulullah bersabda :
Artinya
: Diriwayatkan
dari Ibn ‘Umar r.a : Rasulullah Saw, pernah bersabda, “ Di dalam tidurku, aku
melihat mangkuk penuh susu diberikan kepadaku dan aku meminumnya hingga
membasahi sebagian jemariku. Kemudian aku memberikan sisanya kepada ‘Umar bin
Khattab. “ (Para sahabat Nabi Saw.) bertanya, “ Apa tafsir Anda (terhadap mimpi
itu) ya Rasulullah Saw ? “ Nabi Saw. menjawab, “ itulah ilmu (agama (1:82-S.A)
12
Maka
dari ayat dan hadits di atas, dasar pengembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan
adalah Al-Qur’an dan Hadits. Namun, sejarah mencatat usaha manusia dalam melakukan proses pengembangan, seperti
perpustakaan yang
tidak
lepas atau merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah peradaban
Bangsa Arab dan pengembangan pemikiran Islam. Perpustakaan adalah sarana paling
penting dalam menyebarkan ilmu pengetahuan sepanjang masa, dan kitab-kitab
keilmuan yang ada di dalamnya memberi pengaruh besar terhadap perkembangan pengetahuan
manusia.
Dalam sejarah peradaban Islam yang erat
kaitannya dengan perpustakaan, dikenal berbagai perpustakaan, yaitu :
1. Perpustakaan
Akademi
11. Kementrian Urusan Agama Islam, Al-Qur’an
Dan Terjemahan , (Arab Saudi, Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at
Al-Mush-haf, 1990) h. 1079
12.
Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari,
(Bandung,, Mizan Media Utama, 2009), h.37
2. Perpustakaan
Khusus
3. Perpustakaan
Umum
4. Perpustakaan
Sekolah
5. Perpustakaan
Masjid dan Universitas
6. Perpustakaan
Baghdad
Dan terkhusus bagi Perpustakaan Baghdad,
Khalifah al-Ma’mun adalah khalifah yang dikenal cinta pada ilmu pengetahuan,
sehingga kecintaan ini memberinya motivasi untuk melakukan hal yang luar biasa,
yang bukan hanya untuk memenuhi keinginannya semata atau hanya sekedar menjadi
koleksi pribadi, tapi ia lakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga
Baghdad menjadi terkenal karena peradabannya.
Suwito dalam buku “ Sejarah Sosial
Pendidikan Islam “, menguraikan tentang Konsep dasar multikultural pada
institusi Bayt al-Hikmah dan pengaruh yang luar biasa terhadap kemajuan
peradaban bangsa Arab. Pertama, nilai-nilai kebebasan berekspresi,
keterbukaan, toleransi dan kesetaraan dapat dijumpai pada proses pengumpulan
manuskrip-manuskrip dan penerjemahan buku-buku sains dari Yunani untuk
melengkapi institusi pendidikan Bayt al-Hikmah yang didirikan al-Ma’mun.
Al-Ma’mun telah memberikan kebebasan berekspresi, keterbukaan, dan kesetaraan
kepada sarjana Muslim dan non Muslim. Al-Ma’mun juga memberikan penghargaan
yang sama kepada kedua kelompok sarjana tersebut dalam bentuk membayar mahal
kepada para penerjemah setara dengan bobot emas. Suasana kebebasan intelektual
di intitusi ini merupakan peletakan dasar-dasar konsep multicultural dalam
pendidikan Islam. Kedua, Perbedaan etnik kultural dan agama bukan
halangan dalan melakukan penerjemahan. Para penerjemah yang memiliki perbedaan
etnik kultural dan agama yaitu : (1) Abu Shal bin Nawbakht,
berkebangsaan Persia; (2) Alan as-Syu’ubi,
berkebangsa Persia (3) Yuhanna (John) Min
Masuya, berkebangsaaan Syria ; (4) Hunayn Bin Ishaq, beragama Kristen Nestorian dari Hirah (5) Qutha bin Luqa,
beragama Kristen Yacobite (6) Abu Bisr Matta Ibn Yunus, beragama Kristen
Nestorian (7) Ishak bin Hunayn, beragama Kristen Nestorian ; dan (8) Hubaish
juga beragama Kristen. 13
Kebudayaan bangsa, kondisi
sosial-politik, ekonomi, dan pendidikan yang berbasis multikultural pada zaman
al-Ma’mun membawa pengaruh yang luar biasa terhadap kemajuan peradaban bangsa,
yaitu : Pertama, terjadinya asimilasi
antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, gerakan terjemah yang dikelola dalam suasana keberagaman,
kesederajatan, perbedaan-perbedaan kebudayaan toleransi terhadap semua kelompok
dan agama khususnya agam Kristen membawa pengaruh pada kemajuan ilmu
pengetahuan juga ilmu pengetahuan agama. Ketiga,
kebebasan dalam memilih materi dan guru bagi murid dalam proses belajar
mengajar dan hubungan harmonis antara guru dan murid dan nilai-nilai toleransi
antara keduanya mempercepat berkembanganya ilmu pengetahuan dan lahirnya
imam-imam mazhab; seperti Imam Mazhab ketiga yaitu Muhammad ibn Idris as-Syafi’i
(767-820 M) dan lahirnya Imam Mazhab keempat yaitu Ahmad Ibn Hambal (780-855
M). 14
E.
Pembidangan
Keilmuan Islam
Dari perjalanan panjang sejarah
peradaban Islam, Bani Abbasiyah telah mengukir sejarah terindah dalam membangun
peradaban, bahkan di masa Khalifah al-Ma’mun tingkat kemakmuran yang paling
tinggi terwujud pada seperti : kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kesusasteraan,
sehingga zaman ini dapat disebut dengan zaman keemasan peradaban Islam.
Konstribusi ilmu yang dirintis pada masa
Harun al-Rasyid dan dilanjutkan oleh putranya al-Ma’mun, telah berbuah manis,
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Berikut adalah kemajuan
Ilmu Pengetahuan dalam bidang Agama :
1.
Berkembangnya metode tafsir
Al-Qur’an, yaitu :
13. Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta,
Kencana, 2008) h. 29
14. Ibid,
h. 32
a. Tafsir
Bi Al-Ma’tsur
b. Tafsir
Bi Al-Ra’yi
2. Perkembangan
ilmu Hadits, yaitu :
a. Klasifikasi
Hadits secara sistematis, yaitu : shahih, dhaif, dan maudhu
b. Kritik
sanad dan matan
3. Perkembangan
ilmu Fiqih, yaitu :
Lahirnya
para fuqoha yang legendaries, seperti :
a. Imam
Hanifah (700-767 M)
b. Imam
Malik (713-795 M)
c. Imam
Syafi’I (767-820 M)
d. Imam
Ahmad ibnu Hambal (780-855 M)
4. Perkembangan
Ilmu Lughah (Bahasa)
Nahwu,
Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi, Arudh, dan Insya
Perkembangan
yang terjadi bukan hanya dalam bidang keilmuan agama saja, bahkan dalam ilmu
pengetahuan, sains, dan teknologi. Ajib Thohir dalam buku Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam, menuliskan ;
Kemajuan
ilmu teknologi (sains) sesungguhnya telah direkayasa oleh ilmuwan muslim.
Kemajuan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Astronomi, ilmu ini melalui karya
India Sindhind kemudian diterjemahkan oleh Muhammad ibnu Ibrahim al-Farazi (777
M). ia adalah astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk
mengukur ketinggian bintang. Di samping itu, masih ada ilmuan-ilmuan islam
lainnya, seperti Ali ibnu Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, Umar al-Khayyam
dan al-Tusi.
2.
Kedokteran, pada masa ini dokter
pertama yang terkenal adalah Ali ibnu Rabban al-Tabari. Pada tahun 850 ia
mengarang buku Firdaus al-Hikmah. Tokoh lainnya adalah al-Razi, al-Farabi dan
Ibnu Sina.
3.
Ilmu Kimia. Bapak ilmu kimia
islam adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815M). sebenarnya banyak ahli kimia Islam
ternama lainnya seperti al-Razi, al-Tuqrai yang hidup pada abad ke-12 M.
4.
Sejarah dan Geografi. Pada masa Abbassiyah
sejarawan ternama abad ke-3 H adalah Ahmad bin al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad
bin Jafar bin Jarir al-Tabari. Kemudian, ahli ilmu bumi yang termasyur adalah
ibnu Khudazabah (820-913M). 15
F.
Khalifah yang Besar Jasanya terhadap Pengembangan
Keilmuan
Adapun khalifah
yang memiliki jasa terhadap pengembangan keilmuan dimulai sejak khalifah Abu
Ja’far al-Mansur (136-158H/754-775M) khalifah Abbasiyah kedua 16. Dalam menyiapkan pembangunan Baghdad, ia mengundang
para ulama dan cendikiawan. Hal ini menjadi bukti bahwa ia sangat menghargai ilmu pengetahuan.
Al-Mansur menjalin hubungan dengan Jundi Syapur yang saat itu merupakan pusat
kegiatan ilmiah dan filsafat di bawah orang-orang Nestoria dan menjadikan
Girgis ibn Bukhtaisyu dari Jundi Syapur menjadi dokter pribadinya. Keberadaan
Girgis di Baghdad telah mendorong berdirinya bimaristan (rumah sakit)
namun masih setingkat klinik. Kemudian pada masa khalifah Harun al-Rasyid
(170-193H/786-809M) bimaristan didirikan dengan fasilitas belajar ilmu
kedokteran dan filsafat. 17 Dengan adanya rumah sakit dan pendidikan ilmu
kedokteran dibutuhkan literatur, sehingga mendorong kegiatan penerjemahan ilmu
kedokteran dan filsafat dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Harun
al-Rasyid membangun perpustakaan untuk menyimpan karya penterjemah dan
naskah-naskah asli, namun masih bersifat pribadi khalifah. Selanjutnya setelah
puteranya menjadi khalifah menggantikan al-Rasyid yaitu khalifah al-Ma’mun
(198-218H/813-833M) mendirikan suatu lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama Bait
al-Hikmah (rumah kebijaksanaan).
Puncak kegiatan
intelektual muslim terhadap ilmu pengetahuan terjadi pada masa khalifah al-Ma’mun
Hal ini ditandai dengan kepeduliannya terhadap perkembangan Baitul Hikmah di
mana khalifah al-Ma’mun mengimport para
penerjemah - penerjemah besar
dan
penyalin serta penulis-penulis. Bahkan, ia
mengutus misi ilmiah sampai ke negara Romawi.
15. Ajib Thohir, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada,
2009) h. 52
16. Lihat
L. Hidayat, Sejarah Peradaban Islam Klasik: Agama,
Negara, Ilmu Pengetahuan, dan Renaisans h. 176.
17. Karen Amstrong, Islam A Short History, terj. Ahmad
Mustofa, Sejarah Islam Singkat (Yogyakarta: Elbanin Media, 2002), h. 73.
18. M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam
(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 154.
G.
Tokoh dan Ulama yang Paling Tenar dalam Keilmuan Islam
Berikut ini tokoh
dan ulama yang paling tenar dalam keilmuan Islam pada bidangnya masing-masing:
1.
Ilmu Tafsir
a.
Mufasir dari kalangan sahabat
1)
Ibnu Mas’ud
Ibnu Mas’ud memiliki nama lengkap Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Hubaib
Al-Hadzali. Ia berada diurutan ke 6 di antara orang yang mula-mula masuk
Islam
dan semasa mudanya ia bekerja sebagai pengembala kambing miliki ‘Uqbah bin Abi
Mut’th. Ia adalah
orang pertama di
Makkah yang berani membaca Al-Qur’an dengan suara keras. Suara serta bacaan al-Qur’an nya sangat bagus. Ia ikut hijrah ke Habasyah dan ke Madinah serta tidak pernah absen mengikuti semua
peperangan bersama Rasulullah.
Ibnu Mas’ud
meriwayatkan 848 hadits dari Rasulullah, dan saat mendengarkan Rasulullah
meriwayatkan hadits, ia selalu gemetar. Dalam hal hafalan ayat Al-Qur’an, Ibnu
Mas’ud telah menerima langsung dari Rasulullah sebanyak 70 surah. Kegemarannya
adalah sering melakukan shalat malam, dan di masa khalifah Umar bin Khattab.
Ibnu Mas’ud diutus untuk menjadi guru sekaligus pembantu gubernur di Kuffah.
Walaupun ia berpostur tubuh
kurus dan pendek. Bahkan jika ia berdiri, maka tingginya sama dengan orang yang
duduk. Akan tetapi dalam perang
Uhud, ia berhasil menebas leher Abu Jahal setelah Mu’adz berhasil menikamnya.19
2)
Ibnu Abbas
Abdullah
bin Abbas bin Abdul
Muthalib
Al
-
Quraisy
19.
Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan
min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh Besar
Islam Sepanjang Sejarah (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kaustar, 2009), h. 116
Al-Hasyimi, adalah nama lengkap
dari Ibnu Abbas. Ia mendapat dua gelar
yaitu Habr
Al-Ummah artinya ulama umat dan Turjuman Al-Qur’an yang
berarti pakar tafsir
Al-Qur’an.
Ibnu Abbas dilahirkan di kota Asy-Sya’ab tahun ke 3 sebelum hijrah. 20 Peristiwa kelahirannya bertepatan dengan pengepungan orang-orang kafir Quraisy
terhadap kaum muslimin dan meninggal di di Thaif pada tahun 68 H.
Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat
yang paling banyak meriwayatkan hadits setelah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar,
dan Jabir. Ia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak 1660 hadits.
Ia tergolong
seorang ulama, pakar tafsir Al-Qur’an yang berwawasan luas dan juga merupakan
sahabat Nabi yang paling banyak memberi fatwa hukum dan paling sering melakukan
ijtihad untuk menyimpulkan hukum. Bahkan Ubadillah bin Utbah berkata, Aku tidak
pernah melihat orang yang lebih mengerti terhadap hadits-hadits yang
diriwayatkannya dari Rasulullah, dan yang lebih mengerti terhadap
ketetapan-ketetapan yang diputuskan Abu Bakar, Umar, dan Utsman selain dari
Ibnu Abbas. Aku belum pernah melihat orang yang lebih paham
secara mendalam terhadap suatu pendapat, lebih mengerti tentang sya’ir, bahasa
Arab, tafsir, ilmu hisab, dan ilmu waris, selain Ibnu Abbas. Aku juga belum
pernah melihat orang yang tajam pendapatnya di saat berdebat selain Ibnu Abbas.
Secara berselang, ia mengajarkan ilmu fiqh, tafsir, sya’ir, dan sejarah
peperangan Arab. 21
3)
Abu Musa Al-Asy’ari
Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadhdhar bin Harb
atau Abu
Musa
al’Asya’ari lahir di Zubaid, Yaman, tahun 2 sebelum
hijrah. 22
20.
Lihat
Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata
‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh
Besar Islam Sepanjang Sejarah h. 112
21.
Ibid. h. 114
22.
Ibid, h. 117
dan berasal dari
keturunan Bani al-As’ar dari Qathan.
Ia sosok
sahabat yang cerdas dan memiliki kemampuan untuk memutuskan perkara hukum
dengan akurat. Saat membaca al-Qur’an, maka suaranya dapat menggetarkan hati
orang yang mendengarnya.
Setelah keislaman yang
diajarkan Rasulullah melekat kuat dihatinya, iapun kembali ke Yaman untuk
menyebarkan Islam. Usahanya tidak sia-sia, saat ia kembali ke Makkah, Abu Musa
datang dan membawa serta 50 puluh orang penduduk Yaman yang sudah menyatakan
diri masuk Islam.
b.
Mufasir dari kalangan tabi’in
1)
Urwh
Bin Zubair
Nama
lengkapnya adalah Urwah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid al-Asadi al-Quraisy,
biasa dipanggil Abu Ubaidillah,Ia dilahirkan tahun 22 H. 23 dan meninggal tahunn 94 H di Madinah.
Zubair bin Awwam adalah ayahnya yang
merupakan sahabat setia Rasulullah, dan ibunya bernama Asma’ binti Abu Bakar
ash-Shiddiq. Ia memiliki kebiasaan bangun malam untuk melakukan shalat tahajjud
dan membaca seperempat al-Qur’an.
Abu Ubaidillah adalah orang yang
meriwayatkan hadits dari Ali bin Abi Thalib, Jabir, Aisyah, Hasan, Husin dan
lainnya.
c.
Mufasir dari kalangan generasi berikutnya
1)
Ath-Thabari
Nama lengkapnya
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far
at-Tabariat-Tabari, berasal dari Amol, lahir dan wafat di Baghdad. Dilahirkan
pada 224 H, dan wafat pada 310 H. 24
Ia
adalah seorang ulama yang sulit dicari bandingnya, banyak
23.
Lihat
Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata
‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh
Besar Islam Sepanjang Sejarah h. 161
24.
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Mudzakir
AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009), h.
524.
Lihat juga Lihat Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata
‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh
Besar Islam Sepanjang Sejarah h. 347
meriwayatkan hadis, luas pengetahuannya dalam bidang
penukilan
dan pentarjihan (penyeleksian untuk memilih yang kuat)
riwaya-riwayat, serta mempunyai pengetahuan luas dalam bidang sejarah para
tokoh dan berita umat terdahulu.
Kitabnya Jami’ul
Bayan fi Tafsiril Qur’an merupakan tafsir paling besar dan utama serta
menjadi rujukan penting bagi para mufasir bil-ma’tsur. At-Tabari memaparkan
tafsir dengan menyandarkannya kepada sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Ia
juga mengemukakan berbagai pendapat dan mentarjihkan sebagian atas yang lain.
Para ulama berkompeten sependapat bahwa belum pernah disusun sebuah kitab
tafsir pun yang dapat menyamainya. At-Tabari mempunyai keistimewaan tersendiri
berupa istinbat yang unggul dan pemberian isyarat terhadap kata-kata yang sama
i’rabnya.
2)
Fakhruddin ar-Razi
Ia
adalah Muhammad bin Umar bin al-Hasan at-Tamimi al-Bakri at-Tabaristani ar-Razi
Fakhruddin, terkenal dengan Ibnul Khatib asy-Syafi’i al-Faqih. Dilahirkan di
Ray pada 543 H dan wafat di Harah pada 606 H. 25 Ia mempelajari ilmu-ilmu diniah dan ‘aqliah sehingga
sangat menguasai ilmu logika dan filsafat serta menonjol dalam bidang ilmu
kalam.
Ilmu-ilmu
‘aqliah sangat mendominasi pemikiran ar-Razi di dalam tafsirnya, sehingga ia
mencampuradukkan ke dalamnya berbagai kajian mengenai kedokteran, logika,
filsafat dan hikmah. Ini semua mengakibatkan kitabnya keluar dari makna-makna
Qur’an dan jiwa ayat-ayatnya serta membawa nas-nas Kitab kepada
persoalan-persoalan ilmu aqliah dan peristilahan ilmiahnya, yang bukan untuk
itu
nas
– nas tersebut
diturunkan. Oleh
karena itu kitab ini tidak
25. Lihat
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj.
Mudzakir AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an h. 528. Lihat juga Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata
‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh
Besar Islam Sepanjang Sejarah h. 348
memiliki ruhaniah tafsir
dan hidayah Islam, sehingga sebagian ulama berkata, “
Di dalamnya terdapat
segala
sesuatu selain tafsir itu
sendiri
”.
3)
Asy-Syaukani
Nama
lengkapnya adalah Qadi Muhammad bin Ali bin Abdullah asy-Syaukani as-San’ani,
seorang imam mujtahid, pembela sunnah dan pembasmi bid’ah. Dilahirkan pada 1173
H, di kampung Syaukan dan dibesarkan San’a. 26 Ia belajar Qur’an
dengan sungguh-sungguh, menuntut ilmu dan mendengarkan pelajaran dengan tekun
dari ulama-ulama besar. Ia senantiasa bergelut dengan ilmu baik dengan membaca
maupun dengan mengajar sampai menemui ajalnya pada 1250 H.
Fathul
Qadir karya Asy-Syaukani adalah sebuah tafsir yang menggabungkan antara riwayat
dengan istinbat dan penalaran atas nas ayat. Dalam tafsir ini asy-Syaukani
banyak bersandar pada tokoh mufasir seperti An-Nahhas, Ibn ‘Atiyah dan
al-Qurtubi. Dan tafsir tersebut kini beredar luas di berbagai penjuru dunia
Islam.
2.
Ilmu Hadis
Pada masa ini
telah dilakukan pengkodifisian hadis sesuai dengan kesahihannya. Lahir
ulama-ulama hadis terkenal yaitu:
a.
Bukhari
Bukhari memiliki nama asli Muhammad bin
Islmail bin Ibrahim Mughirah bin Bardizbah dan biasa dipanggil dengan Abu
Abdullah. Ia dipanggil Bukhari karena dinisbatkan dengan negaranya yang bernama
Bukhara. Bukhari lahir pada tahun 194 H di Bukhara Khurasan.
Bukhara pada masa kecilnya adalah
seorang tuna netra. Namun, karena ketulusan do’a ibunya, Bukhari bisa melihat
kembali setelah ibunya bermimpi mendapat kabar gembira untuk kesembuhan
anaknya.
26. Lihat Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj.
Mudzakir AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an h. 531
Bukhari memiliki
hafalan yang kuat secara detail, dan ia
menjadi tempat kembali pada ulama ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai
lafal hadits, ia pernah mengumpulkan empat ratus pencari hadits di Samarkand
selama tujuh hari untuk mengoreksi matan dan sanad hadits se maksimal mungkin. Bukhari
memiliki syaikh sebanyak 1080 guru bahkan menginfakkan hartanya 500 dirham (
sekitar Rp. 106.966.500 ) setiap bulan untuk mencari ilmu.
Bukhari mulai mempelajari hadis pada usia 11 tahun. Ketika
berusia 16 ahun, ia mengunjungi berbagai kota suci, di Mekkah dan Madinah ia
mengikuti kuliah para guru besar hadis. Kemudian di usia
18 tahun, ia menulis sebuah buku “Kazayai Sahaba wa Tabain”.
Imam Bukhari tidak
hanya mencurahkan seluruh intelegensi dan daya ingatannya yang luar biasa itu
pada karya tulisannya yang terpenting (Shahih Bukhari), tetapi juga
melaksanakan tugas itu dengan dedikasi dan kesalehan. Ia selalu mandi dan
berdoa sebelum menulis buku itu. 27 dan karya
monumentalnya A-Jami al-Sahih lebih terkenal sebagai Shahih Bukhari, mengukuhkan
reputasinya sebagai ahli hadis Islam terbesar. Kitab ini diakui sebagai bahan
sumber yang paling sahih mengenai sunnah. Karya besar Imam Bukhari ini disambut
oleh ribuan ahli hadis dan cendekiawan agama sebagai karya hadis Nabi yang
terbaik. Lebih dari 53 penjelasan dan sebagiannya terdiri dari 14 jilid telah
ditulis tentang Shahih Bukhari. 28
Karya terbesar Bukhari adalah Shahih
Bukhari, yang ratusan buku penjelasan dan terjemahannya telah
diterbitkan dalam berbagai bahasa selama lebih dari seribu tahun. Pada tahun
256 H
di usianya
kurang lebih 62
tahun dia wafat di Khartank Samarkand.
b.
Muslim
27. Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, terj. Tim
penerjemah Pustaka Firdaus, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000), h. 114.
28. Ibid.
Muslim
bin Hajjaj bin Muslim bin Warad Al-Qusya’iri An-Naisaburi, terkenal dengan Imam
Muslim, lahir pada tahun 204 H di Qusyair. Dia menuntut ilmu di desanya
Khurasan, Ray, Irak, Mekkah, Madinah, Syam dan Mesir. Mengoleksi lebih dari
tiga ratus ribu hadis selam 15 tahun, kemudian mengarang Shahih Muslim yang
memuat 12.000 hadis. Shahih Muslim dianggap sebagai urutan kedua setelah Shahih
Bukhari. 29
Dalam bukunya yang termasyhur, Shahih Muslim, ia menulis
kata pembukaan mengupas secara ilmiah ilmu hadis. Kitabnya itu terdiri dari 52
bab, mengupas persoalan umum hadis lima tiang agama, perkawinan, perdagangan,
perang, perilaku dan kebiasaan Nabi, para sahabat, dan persoalan agama lainnya.
Imam addz-Dzahabi berkata: “Dia seorang imam kabir, hafizh dan menjadi hujjah yang
jujur”. 30
Karya-karyanya antara lain Ash-Shahih, Al-Kuna wa al-Asma, Thabaqat, Aulad
Shahabah. Akhir hayatnya di Naisabur pada tahun 261 H.
c.
At-Thirmidzy
Muhammad bin Isa bin Saurah
bin Adh-Dhahak As-Salami Al-Bughi, sering dipanggil Abi Isa, lahir pada tahun 209 H di Turmudz. Mulai mencari
ilmu pada usia duap puluh tahun di kota Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith,
Baghdad, Madinah, Ray, Mesir dan Syam. Dia seorang pengahafal yang kuat,
sehingga menjadi rujukan dalam hafalan dan keakuratan.
Meriwayatkan
Hadis dari Qutaibah bin Said, Ibnu Rahawaih, Az-Zuhri, Al-Fazarry, Al-Jamahi
dan Al-Bukhari, Al-Marwazi, An-Nasafi, Ibnu Hibban Bahili, dan Ibnu Mahbub.
Ibnu Hibban berkata: “Abu Isa adalah seorang pegoleksi hadis, pengarang, penghafal dan pemerhati”. 31
Karya-karyanya antara lain: Al-Jami al-Kabir yang
terkenal dengan
29. Lihat Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, terj. Tim
penerjemah Pustaka Firdaus, Seratus Muslim Terkemuka, h. 117.
30. Lihat
Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara
Qarnan min al-Zamani, h. 353.
31. Ibid.
Sunan
Tirmidzi, Asma Ash-Shahabah dan
Asma al-Kuna. Dia wafat pada tahun 279 H di desa Bugh Turmudzi.
d.
Ibnu Majah
Muhammad
Muhammad bin Yazid Ar-Rib’i Al-Qazwini, terkenal dengan Ibnu Majah, dilahirkan
di Quzuwaini pada tahun 209 H. Mulai mencari ilmu mulai usia 20 tahun ke kota
Naisabur, Khurasan, Irak, Haijaz, Syam dan Mesir.
Guru-gurunya
antara lain Al-Hafizh Ath-Thanafisi, Hisyam bin ‘Umar, Az-Zuhri dan Abu
Hudzafah as-Sahmi. Sedangkan murid-muridnya adalah Al-Abrahi, Ibnu Rawah dan
Al-Madini. Dia seorang penghafal yang sangat kuat sehingga Imam Adz-Dzahabi
mengatakan: “Dia adalah penghafal dari Qazwini di masanya”. 32
Karyanya adalah As-Sunan memuat 400.000 hadis. Pada tahun 273 H diusia ke
64 tahun dia wafat.
e. An-Nasa’i
Ahmad bin
Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr yang terkenal dengan An-Nasa’i dilahirkan di
kota Nasa, Khurasan pada tahun 215 H. Merantau pada usia 15 tahun untuk
menuntut ilmu ke Irak, Syam, Hijaz, Khurasan dan menetap di Mesir. Guru-gurunya
antara lain Ishaq bin Rahawaih, Hisyam bin ‘Ammar, Al-Bazzar dan Qutaibah bin
Said. Murid-muridnya adalah Ad-Daulabi, Abu Ja’far Ath-Thahawi, Ibnu Haiwah
Naisaburi dan At-Thabrani. Imam Az-Zuhri menyekolahkannya kepada Muslim, Abi
Daud, At-Tirmidzi dan Sauwah di Bukhara.
f.
Abu Daud
Sulaiman bin Asy’ats bin Bisyr bin Amru bin Amir Al-Azdi
Al-Sijistani yang lebih dikenal dengan Abu Daud, lahir di Sijistani pada tahun
202 H. Dia seorang penghafal hadis yang sangat kuat sehingga hafalannya mencapai
lima ratus ribu hadis. Merantau kebebera tempat pada usia 18 tahun untuk mencari ilmu,
diantaranya kota Irak
dan menetap di Bashrah.
32. Lihat
Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara
Qarnan min al-Zamani, h. 355.
Guru-gurunya antara
lain Ath-Thayalisi, Abu Syuraih, Hisyam, Umar, Ibnu Rahawaih, Al-Farra,
Al-Madini, Ahmad bin Hambal dan lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah
At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Al-Kirmani, Ibnu Abi Dunya, Abu Zur’ah. Kitab Sunannya
memuat 4.800 hadis yang dipilih dari 500.000 hadis. Anaknya adalah Abdullah
yang termasuk dalam jajaran perawi hadis yang Tsiqat. Karya-karyanya
antara lain: As-Sunan, al-Marasil, Masa’il, az-Zuhd. Akhir hayatnya di
Bashrah tahun 275 H pada usia ke 73 tahun.
g.
An-Nawawi
Yahaya bin
Syaraf bin Murra bin Hasan Al-Hizami Al-Haurani dikenal dengan An-Nawawi karena
dinisbatkan kepada asal daerahnya Nawa. Dilahirkan di Nawa kota Hauran, Syiria
pada tahun 631 H. Belajar Al-Qur’an di desa Nawa kemudian pergi ke Damaskus.
Dia penghafal hadis, baik yang shahih maupun yang cacat. Guru-gurunya adalah
Abi Ibrahim Ishaq bin Ahmad Maghribiy. Setiap hari An-Nawawi mempelajari 12
mata pelajaran yang diterangkan dan ditashih, di antaranya kitab al-Wasith,
Shahih Muslim, al-jam’u baina shalihain fi al-Mazhab, Rijal al-Hadis, Ushul
Fiqh, Ilmu Tauhid, al-Luma’ dan ilmu tashrif. Murid-muridnya
antara lain Alauddin Athar, Syamsuddin bin Naqib, Ibnu Ja’wan dan Badruddin bin
jamaah.
3.
Ilmu Fiqh
a.
Imam Abu Hanifah
Al-Nu’man bin
Tsabit bin Marzaban Al Farisy yang biasa dikenal Abu Hanifah, lahir di kufa
pada tahun 80 H (699 M). Dia seorang
ahli terbesar hukum agama Islam pada masa khalifah Abdul Malik bin
Marwan, dan menghafal Al-Qur’an sejak masa kecil. 33 Abu Hanifah
adalah salah satu dari imam empat dan pemilik mazhab yang terkenal.
Abu Hanifah
menimba ilmu dari
ratusan Syaikh dan mengawali
33. Lihat Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara
Qarnan min al-Zamani, h. 337.
dengan ilmu theologi, berdiskusi dengan orang-orang
atheis serta aliran
sesat, kemudian atas bimbingan Hamad bin Abi Sulaiman dia
dituntun untuk mempelajari ilmu fikih. Abu Hanifah juga seorang pedagang sutra,
mengirim dagangannya ke Baghdad untuk diniagakan, dan kembalinya dia membeli
apa-apa yang dibutuhkan oleh para guru hadis dan fiqih tanpa mengharapkan
imbalan sedikit pun, dan berkata: “Ini adalah rezeki dari Allah untuk tuan-tuan
melalui tanganku”. 34 Salah satu pendapatnya adalah diperbolehkannya mengeluarkan zakat
fitrah dengan uang.
Sumbangan terbesar
Imam Abu Hanifah ialah Fiqh atau ilmu hukum Islam. Dia merupakan ahli hukum
Islam yang paling terkemuka, di mana Fiqh Hanafi diikuti sebagian besar kaum
Muslimin di dunia, termasuk di Turki, Mesir, Turkistan, Afganistan, dan anak
benua India-Pakistan. 35
Abu Hanifah menolak sebagian besar hadis, dan hanya bertumpu kepada Al-Qur’an.
Karya-karya lainnya dalam ilmu fiqih adalah Musnad dan Al-Kharaj.
b.
Imam Malik
Malik bin Anas
bin Malik bin Abi Amir Al-Ashbahy Al-Himyari yang dikenal dengan Imam Malik,
lahir di Madinah tahun 93 H. Imam Malik mengabdi di bidang pendidikan selama 62
tahun. Cendekiawan ternama yang mendidiknya adalah Imam Ja’far Sadiq, Muhammad
bin Syahab az-Zahri, Yahya bin Saeb, dan Rabi Rayi.
Imam Malik
terkenal dengan ketulusan dan kesalehannya. Dia selalu bertindak sesuai dengan
keinginannya. Ancaman atau kemurahan hati tidak akan dapat membelokkan dia dari
jalan yang lurus. Imam Malik juga seorang ahli hukum, lebih dari enam puluh
tahun dia memberi fatwa di Madinah. Karyanya antara lain: Al-Muwatha,
Risalah fi al-Qadr, Al-Sir, dan Risalah fi Al
-
Aqdhiyah. Kaum muslimin yang menganut
Madzhab
Maliki terdapat di Arab Barat. Imam Malik wafat di Madinah
34. Lihat
Sai’id Mursi, Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara
Qarnan min al-Zamani, h. 338.
35. LihatAhmad, Hundred Great Muslims, h. 102
pada tahun 179 H.
c.
Imam Syafi’i
Imam yang ketiga
adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris, lebih terkenal sebagai Imam Syafi’i,
pendiri Madzhab Fiqh Syafi’i, termasuk golongan suku Quraisy. Dia lahir di
Ghaza pada tahun 150 H. Hafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Menjadi murid
Imam Malik dalam ilmu fiqh dan menghafal Al-Muwatha pada usia 20 tahun.
Madzhabnya tersebar di Mesir, Irak, negeri-negeri Timur, dan sebagian Afrika
Timur.
Dalam diri Imam
Syafi’i tergabung keahlian prinsip-prinsip Fiqh Islam dan penggunaan bahasa
rakyat Hijaz dan Mesir yang lancar, sehingga beliau tidak tertandingi dalam
percakapan maupun tulisan. Karya tulisnya lebih baik dari penulis Arab yang
terbaik pada masanya, termasuk Jahiz. Di antara karyanya dalam ilmu fiqh adalah
Al-Umm, dan Ar-Risalah dalam ilmu ushul fiqh. Imam Syafi’i wafat
di Mesir pada tahun 204 H.
d.
Imam Hambali
Imam Ahmad ibn
Muhammad ibn Hambal Syaibani Al-Marwazi, pendiri Madzhab Hambali, lahir pada
tanggal 1 Rabiul awal 164 H (Desember 780 M) di Baghdad. Dia merupakan salah
satu di antara tokoh utama yang sangat berpengaruh baik dalam perkembangan
sejarah, maupun kebangkitan kembali agama Islam.
Imam Syafi’i adalah
guru fiqh Imam Hambali, dia dinilai sebagai seorang cendikia yang pernah
dijumpai oleh Imam Syafi’i di Baghdad. Dia pernah menghadapi sidang pengadilan
dan menanggung tekanan khalifah Abbasiyah selama 15 tahun, karena sikapnya yang
melawan doktrin resmi Muktazilah. Hal ini merupakan saksi hidup watak agung dan
kegigihan yang mengabdikannya sebagai tokoh besar sepanjang masa. Di
antara karyanya adalah : Al-Musnad,
Az-Zuhd, Al-Iman dll.
SIMPULAN
Baitul Hikmah yang dirintis oleh
Khalifah Harun al-Rasyid, kemudian dilanjutkan serta dikembangkan secara total
oleh putranya al-Ma’mun. Pada awalnya Harun al-Rasyid menyimpan seluruh bukunya
hanya untuk koleksi pribadinya sebagai khalifah, akan tetapi di masa al-Ma’mun
menjadi khalifah, ia melakukan hal yang berbeda dan luar biasa, hal ini
didasari karena kecintaannya yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan
sehingga mendorongnya untuk melakukan penerjemahan secara besar-besaran
terhadap buku-buku kuno atau kitab klasik, yang diambil khusus dari beberapa
tempat seperti Konstatinopel dan Byzantium.
Khalifah al-Ma’mun, tidak mau
tanggung-tanggung dalam mewujudkan niatnya, ia mengambil penerjemah yang
berasal dari kalangan ilmuan dari berbagai wilayah, dan memberi penghargaan
kepada mereka dengan gaji yang besar. Hal ini memberikan gambaran tentang
kedudukan seorang ilmuan di mata Khalifah al-Ma’mun mempunyai tempat khusus,
walaupun di antara penerjemah ada yang beragama selain Islam.
Penerjemahan yang dilakukan tidak
terbatas hanya ke dalam bahasa Arab saja, melainkan segala bahasa negara yang
tersebar dalam kumpulan masyarakat Arab, dan mereka juga memberikan komentar
atas kitab-kitab tersebut, menafsirkan
teori atau pandangan dalam kitab itu ,
menukilnya sebagaimana telah kita lihat-menyesuaikan konteks,
menyempurnakan kekurangan dan mengoreksi setiap kesalahan.
Baitul Hikmah memiliki beberapa
fungsi selain perpustakaan, yaitu sebagai pusat penerjemahan atau tempat
berkumpul para cendikiawan, markas kajian dan karangan, menara astronomi,
sekolah, dan kantor.
Peradaban yang berkembang terlihat
dengan lahirnya ilmuan dan para imam mazhab, dan ini menggambarkan tentang
perkembangan keilmuan bukan hanya pada bidang pengetahuan umum, melainkan juga
dalam bidang agama.
Peradaban
yang lahir pada masa ini, tidak terlepas dari peran besar beberapa orang khalifah,
peran ulama, para ahli fiqh, dan peran para ilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdel
Wahid Abdalla Yousif, (1978), Muslim
Learning During The Earlier Abbasid Era 749-861 A.D, University of Toronto..
Ajib
Thahir, (2009), Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta,
PT.RajaGrafindo Persada.
Arif Munandar Riswanto, Buku Pintar Islam, (2010), Jakarta,
Mizan Media Utama
Asnil
Aida Ritonga (Editor) , (2008), Pendidikan
Islam Dalam Buaian Arus Sejarah, Bandung, Citapustaka Media Perintis.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (2010), Jakarta, PT. Raja Grapindo
persada.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (2008),
Bandung, Pustaka Setia.
Faisal Islmail, Paradigma Kebudayaan Islam, (2004), Jakarta,DEPAG RI.
Hasan
Asari, (2007) Menyingkap Zaman Keemasan
Islam, Bandung, Citapustaka Media Perintis.
Hasan Asari, Modernisasi Islam, (2007) , Bandung, Citapustaka Media Perintis.
Jamil Ahmad, (2000), Hundred Great Muslims, terj. Tim
penerjemah Pustaka Firdaus, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus.
J.Pedersen, Fajar Intelektualisme Islam, (1984), Bandung, Mizan,
Karen Amstrong, (2002), Islam A Short History, terj. Ahmad
Mustofa, Sejarah Islam Singkat (Yogyakarta: Elbanin Media.
Kementrian Urusan Agama Islam,(1990), Al-Qur’an
Dan Terjemahan , Arab Saudi, Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at
Al-Mush-haf.
L.
Hidayat, Sejarah Peradaban Islam Klasik,
(2010), Bandung, Citapustaka Media Perinstis.
Manna’ Khalil al-Qattan, (2009),
Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an Bogor: Pustaka Litera
Antar
Nusa,
Mohd.
Athiyah Al Abrasyi, (1984), Attarbiyatul
Islamiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bustama A.Gani, (Jakarta,
PT. Dharma Caraka.
Muhammad
Gharib jaudah, (2007), Abaqirah Ulama’Al-hadharah
wa al-Islamiyah, Muhyiddin Masrida, 147 Ilmuan Terkemuka dalam Sejarah Islam,
(Jakarta, pustaka Al-Kautsar.
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam
(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009.
Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhama al-Islam ‘Ibara Arba’ata
‘Asyara Qarnan min al-Zamani, terj. Khoirul Amru dan Ahmad Fauzan, Tokoh-Tokoh
Besar Islam Sepanjang Sejarah (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kaustar, 2009.
Raghib
As-Sirjani, (2009), Madza Qaddamal
Muslimuna lil’Alam Ishamaatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insyaniyah,
Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Sonif, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (2008), Jakarta, Kencana.
Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari,
(2009), Bandung, Mizan Media Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar