TEORI PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
Kelompok III ( Fiki, Aulia, Rahmat, dan Ummi)
PPS IAIN Sumut - 2010/2011
A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Teori
pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik.
Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah
pengolahan informasi [1].
Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik mengkaji proses
belajar penting dari hasil belajar,
namun yang lebih penting dari kajian proses
belajar itu sendiri adalah sistem informasi, system informasi inilah yang pada akhirnya
akan menentukan proses belajar.
Teori
sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk
segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa [2]. Asumsi
ini didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh
sistem informasi. Dengan penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh
informasi dengan satu proses, dan siswa yang lain juga dapat memperoleh
informasi yang sama namun dengan proses belajar yang berbeda.
Sebenarnya
teori belajar sibernetik tergolong teori belajar yang relatif baru dan
berkaitan erat dengan teori kognitif, terutama yang digagas oleh beberapa
tokoh, di antaranya Bruner dengan discovery learningnya, yang
beranggapan untuk mewujudkan belajar yang baik, ada beberapa cara seperti; memiliki kepahaman terhadap konsep, arti,
ataupun hubungan, dimana kepahaman ini ditemukan melalui proses intuitif, yang
pada akhirnya peserta didik dapat memperoleh pengetahuan baru atau mampu
melahirkan sebuah kesimpulan . Kemudian Jhon Dewey dengan berfikir reflektif
atau dengan istilah lain pendekatan inkuiri yaitu suatu pendekatan problem
solving dalam belajar, di mana tujuan umum penggunaan inkuiri pada siswa
adalah untuk menolong siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
keingintahuan mereka [3]. Selanjutnya
Ausubel dengan model advance organizernya, yang dirancang untuk
memperkuat struktur kognitif siswa, yaitu memperkuat pengetahuan siswa tentang
pelajajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara
pengetahuan tersebut dengan baik. [4]
Teori
Sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih luas dari
psikologi kognitif. Anderson mengungkapkan perbedaan antara keduanya, yaitu
psikologi kognitif adalah upaya untuk
memahami mekanisme dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan
informasi menitikberatkan usahanya pada
pelacakan dan pemberian urutan operasi pikiran dan hasil operasi itu. [5]
Dan karena teori ini berdasarkan perkembangan zaman yang erat kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka teori sibernetik ini tidak
bercirikan karya hanya dari satu orang tokoh saja.
Dengan
demikian, semakin jelas bahwa teori pemrosesan informasi adalah bagian dari
teori pengolah informasi, yang dalam pengkajiannya akan banyak ditemukan
tokoh-tokoh yang berpengaruh dan memiliki teori yang berkaitan erat dengan
proses memperoleh informasi.
Pemrosesan
informasi sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi
pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun
strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih
kepada proses memori dan cara berpikir.
Dalam
teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar yang akan
mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal mengendalikan
stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari dan
memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu menggunakan lambang
verbal dan non verbal dalam penyampaiannya.
Bahkan orientasi utama pada model
mengajarnya mengarah kepada kemampuan siswa
dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
2.
Rumusan Masalah
Latar
belakang di atas menghantarkan penulis untuk merumuskan masalah, yaitu sebagai
berikut :
a.
Siapakah
tokoh pencetus teori pembelajaran pemrosesan informasi ?
b.
Apakah
teori pembelajaran pemrosesan informasi menurut Robert Gagne ?
c.
Bagaimana
pendekatan dalam pemrosesan informasi ?
a.
Bagaimana
mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan informasi dalam proses belajar
mengajar ?
3.
Tujuan Pembahasan
Adapun
tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
b.
Mengetahui
tokoh pencetus teori pembelajaran pemrosesan infromasi.
c.
Mengetahui
teori pembelajaran pemrosesan infromasi menurut Robert Gagne.
d.
Mengetahtui
tentang pendekatan dalam pemrosesan informasi.
e.
Mengetahui
cara mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan infromasi dalam proses
belajar mengajar.
4.
Manfaat Penulisan
Hasil penulisan
karya ilmiah ini berguna untuk lebih memahami tentang teori pembelajaran pemrosesan
informasi yang merupakan bagian dari teori sibernetik, memahami pengertian serta
pendekatan yang terdapat di dalamnya, dan pada akhirnya dapat diaplikasikan
dalam pembelajaran di kelas.
B.
Tokoh Pencetus Teori Pemrosesan Informasi
Salah
satu tokoh pencetus dari teori pemrosesan informasi adalah Robert Gagne yang
memiliki nama lengkap Robert Milis Gagne, ia dilahirkan pada tanggal 21 Agustus
1916 di di North Andover, Massachusetts dan meninggal pada tanggal 28 April tahun 2002. Setelah lulus dari
SMA, Gagne melanjutkan pendidikan di Yale
University. Pada tahun 1937 Gagne
mendapat gelar B.A dari Yale
University, kemudian dia melanjutkan studinya di Brown University dan
mendapat gelar Ph.D di bidang psikologi pada tahun 1940.
Robert Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan
Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa The Condition Of Learning.
Ia profesor psikologi dan pendidikan di Connecticut
College untuk Perempuan (1940-1949), Pennsylvania State University
(1945-1946), Princeton (1958-1962), dan
University of California di Berkeley (1966-1969), dan profesor di Departemen
Penelitian Pendidikan di Florida State University di Tallahassee dimulai pada
tahun 1969. Ia juga menjabat sebagai direktur penelitian untuk Angkatan Udara (1949-1958)
di Lackland, Texas, dan Lowry, Colorado. Dia bekerja sebagai konsultan untuk
Departemen Pertahanan (1958-1961), dan
ke Amerika Serikat Kantor Pendidikan (1964-1966). Selain itu, ia menjabat
sebagai direktur penelitian di Institut Penelitian Amerika di Pittsburgh
(1962-1965).[6]
Gagne merupakan
pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot
AU Amerika. Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi teori
matematika, yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan untuk menilai
dan meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian
dan penerimaan informasi pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses
pembelajaran yang secara langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena
itu teori pemrosesan informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan
pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam
perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan ditemukan persepsi, pengkodean,
dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Sehingga pada akhirnya teori
ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah.
Pada latar belakang telah
disinggung bahwa dalam teori belajar sibernetik tidak ada satu tokoh yang
mendominan, hal ini dikarenakan terus terjadinya perubahan zaman, yang akan
berpengaruh pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan ini
akan menyebabkan dinamisasi teori dalam hal pemrosesan informasi pada
pembelajaran, dan tokoh lain pada teori ini adalah :
Robert
S. Siegler , yang juga dikenal dengan nama Bob Siegler. Ia adalah Teresa Heinz
Profesor Psikologi di Carnegie Mellon University dan penerima Penghargaan
American Psychological Association Distinguished pada tahun 2005.
Siegler mengkhususkan diri dalam
pengembangan kognitif pemecahan masalah dan penalaran pada anak-anak. Adapun
tiga bidang minat khusus dalam penelitiannya adalah strategi pilihan,
pembelajaran jangka panjang, dan aplikasi pendidikan kognitif-teori
perkembangan. Siegler menerima gelar B.A di bidang psikologi dari University of Illinois pada
tahun 1970 dan Ph.D bidang psikologi dari SUNY Stony Brook pada tahun 1974, dan
ia telah bekerja di Carnegie Mellon University sejak saat itu, dimana ia
menjadi kolega dari Herbert Simon. Siegler telah menulis beberapa buku tentang
perkembangan kognitif, seperti How Children Discover New Strategies, How
Children Develop, Children’s Thinking: 4th Edition, and Emerging
Minds, yang dipilih sebagai salah satu Buku Psikologi Terbaik 1996 oleh
Asosiasi Penerbit Amerika. Dia juga telah menjabat sebagai associate editor
pada jurnal Developmental Psychology, dan jabatannya yang lain anggota Dewan Penasehat Nasional Matematika
atau National Mathematics Advisory Panel.
C.
Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Robert Gagne
Robert. M. Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Warsita, dalam
bukunya : The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa ; Learning
is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time,
and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja [7]
Dan Gagne menyatakan bahwa belajar
merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu
sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang
bersangkutan (kondisi)[8].
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi
internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu
terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada
teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
1.
Rangsangan
yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai
informasi.
2.
Informasi
dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori
jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3.
Memori-memori
ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap
kembali setelah dilakukan pengolahan.[9]
Seperangkat
proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan
yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Karena itulah Gagne membuat beberapa rumusan untuk menghubungkan
keterkaitan antara faktor internal dan eksternal dalam pembelajaran dalam
rangka memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
1.
Gagne membuat rumusan yang berisi urutan untuk menimbulkan peristiwa pembelajaran, yaitu :
a.
Pembelajaran
yang dilakukan dikondisikan untuk menimbulkan minat peserta didik, dan
dikondisikan agar perhatian peserta didik terpusat pada pembelajaran sehingga
mereka siap untuk menerima pelajaran.
b.
Memulai
pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik mengetahui
apa yang diharapkan setelah menerima pelajaran.
c.
Guru
harus mengingatkan kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
d.
Guru
siap untuk menyampaikan materi pelajaran.
e.
Dalam
pembelajaran guru memberikan bimbingan atau pedoman kepada siswa untuk belajar.
f.
Guru
memberikan motivasi untuk memunculkan respon siswa.
g.
Guru
memberikan umpan balik atau penguatan atas respon yang diberikan siswa baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
h.
Mengevaluasi
hasil belajar, dan
i.
Memperkuat
retensi dan transfer belajar.
2.
Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu :
Benda untuk
didemostrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film
bersuara, dan mesin belajar. [10]
3.
Gagne merumuskan “ The domains of Learning “, yaitu :
Kemampuan
belajar manusia yang terbagi kepada lima kategori :
a.
Motor/skill :
ketramppilan motorik.
b.
Informasi
verbal : dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar.
c.
Kemampuan
intelektual, yaitu kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan dunia luar yang
berkaitan dengan symbol-simbol.
d.
Strategi
kognitif : organisasi keterampilan yang
internal.
e.
Sikap.[11]
4.
Gagne membuat rumusan tahapan dalam tujuan dan tingkatan belajar :
Tahapan tujuan belajar diawali dari yang mudah (rendah), sedang, ke sulit (tinggi) [12], dan
tahapan ini berbanding lurus dengan tahapan proses belajar, yaitu dari yang
paling sederhana ke yang kompleks[13].
Adapun tingkatan belajar ada empat : belajar fakta, belajar konsep, belajar
prinsip, dan pemecahan masalah. [14]
Toeti Soekamto menambahkan bahwa untuk dapat memecahkan masalah
seorang harus terlebih dahulu belajar prinsip, dan sebelum belajar prinsip, maka
ia harus belajar konsep terlebih dahulu yang sifatnya lebih mudah.[15]
D.
Model Pemrosesan Informasi
1.
Model proses kontrol pemrosesan informasi [16]
Short-term Long-term
Memory memory
Sensory Perception ---------------
Informasi receptor
Working Storage
Memory retrieval
Kreatifitas
Pengetahuan
Gambar 1. Model
proses kontrol pemrosesan informasi
2.
Model pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner [17]
Sensory Short Enhanced Coding Long
Stimuli Systemy term ass. System term
Storage storage
Forgotten
Inform
Gambar 2. Model
pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner
Keterangan :
1.
Sensory
Receptor (SR)\
SR
adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR
informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu
yang sangat singkat dan mudah tergangu atau berganti.
2.
Working Memory
(WM)
WM diasumsikan
mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian individu, perhatian
dipengaruhi oleh persepsi.
Karekateristik
WM, memiliki kapasitas terbatas + 7 slots dan hanya bertahan 15 detik
jika tidak diadakan pengulangan, dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang
berbeda dari stimulus aslinya.
3.
Long Term
Memory (LTM)
LTM
diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oelh individu, 2)
mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di
dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah
proses gagalnya memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson
mengemukakan proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan
pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya
berfungsi sebagai dadar pengetahuan. [18]
E.
Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan
informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak mengolah informasi,
memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti
dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir . Menurut
pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses
informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang kompleks. [19]
Pada
latar belakang telah disampaikan bahwa teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dan sangat
berkaitan dengan teori kognitif, Jika pada psikologi kognitif, proses belajar
lebih penting dari hasil belajar, namun pada teori sibernetik yang lebih
penting proses belajar adalah sistem informasi dan sistem informasi
inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar
Secara
sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif yang dikemukakan oleh psikologi kognitif
untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan melihat
sistem kerja komputer yang se akan-akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia
bekerja dengan menganalogikan hardware
sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi.
Teori
pemrosesan informasi adalah teori yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak, seperti yang tertuang dalam gambar [20]
berikut ini :
Penyimpanan
Penyimpanan
Teks Sementara Jangka Panjang
Rangkaian Atens Belajar
Eksternal @
Pengulangan
Pencatatan @
Hapalan
Penginderaan Memori @
Pengkodean Memori
Jangka @
Pemecahan Jangka
Pendek masalah Panjang
Pemanggilan
Hilang
Hilang Lupa
Gambar 3. Model pemrosesan informasi
Gambar tersebut menguraikan beberapa peristiwa
mental yang melakukan tranformasi informasi yang dimulai dari input dalam hal
ini stimulus yang diberikan pendidik, kepada output dalam bentuk respon yang
ditunjukkan oleh peserta didik. Setiap kotak yang dianalogikan sebagai fungsi
atau keadaan sistem, dihubungankan
dengan garis yang dianalogikan sebagai proses transformasi informasi dari satu
peristiwa kepada peristiwa lain.
Menurut
Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi,
yaitu :
1.
Proses Berpikir
Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi [21],
dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian,
merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut
dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan
informasi terbatas pada satu waktu.
2.
Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya
adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang
bekerja untuk menciptakan perubahan
dalam ketrampilan kognitif anak [22] :
a.
Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori [23]. Seperti
halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka
dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi
yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun, anak
membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat
menyandi secara otomatis.
Apa
itu memori ? bagaimana informasi itu diletakkan dan disimpan dalam mmemori ? bagaimana
informasi itu disimpan setelah disandikan ? dan bagaimana caranya ia
dimunculkan kembali untuk
tujuan tertentu di kemudian hari ?
Pertanyaan
inilah yang dipelajari para psikologi pendidikan, dan mereka menyatakan
bahwa adalah penting untuk tidak memori
dari segi bagaimana anak menambahkan sesuatu ke dalam ingatan, tetapi dilihat
dari segi bagaiamana anak menyusun memori mereka. [24]
Memori
adalah rentensi informasi [25].
Retensi informasi ini terus menerus melibatkan encoding, penyimpanan, dan
pengambilan kembali informasi pada saat diperlukan untuk waktu tertentu. Lihat
gambar 4. tentang pemrosesan informasi dalam memori ;
ENCODING PENYIMPANAN
PENGAMBILAN
Memasukkan Mempertahankan Mengambil
Informasi ke dalam informasi dari
infromasi dari
Memori waktu ke waktu gudang memori
Gambar 4.
Pemrosesan informasi dalam memori ;
Ada enam konsep yang dikenal dalam
encoding, yaitu :
1)
Atensi
yaitu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.[26]
2)
Pengulangan
yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada
dalam memori.[27]
3)
Pemrosesan
mendalam, pada bagian ini Fergus Craik dan Robert Lockhart mengatakan bahwa
kita dapat memproses informasi pada berbagai level.
Teori level
pemrosesan :
Pemrosesan
terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang
mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.[28]
a)
Level
dangkal :
Pada level ini memori akan mendeteksi garis, sudut, dan kontur dari
huruf cetak, atau mendeteksi frekuensi, durasi, dan kekerasan suara.
b)
Level
menengah :
Pada level ini,
stimuli yang sudah dikenali akan diberi label dalam memori.
c)
Level
mendalam :
Pada level ini informasi yang
diterima akan diproses secara semantik dari sisi maknya.
Contoh ketiga level adalah saat anak
melihat tulisan Bank, pada level dangkal ia akan memperhatikan huruf demi
huruf, pada level menengah, anak akan melihat karakteristik kata bank memiliki
sebutan yang sama dengan kata bang, dan pada level terdalam ia akan berpikir
kapan orangtuanya akan membawanya menabung di bank, dan ke bank mana mereka
akan menabung.
4)
Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam
penyandian. Jadi, saat pendidik menyajikan konsep demokrasi pada peserta didik,
maka mereka akan mengingatnya dengan lebih baik jika diberikan contoh yang
bagus tentang demokrasi.[29]
5)
Mengkonstruksi
citra
Allan
Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara yaitu sebagai
kode verbal atau kode citra/imaji dan menggunakan kode mental. [30]
Sebagai
contoh pada saat seseorang mengkonstruksi citra berarti ia
telah mengelaborasi informasi, seperti menghitung jumlah jendela di
rumahnya. Mungkin seseorang akan mengalami kesulitan saat menyebutkan jumlah
jendela secara keseluruhan, tetapi ia akan mudah menjawab ketika menggunakan
kode mental yaitu dalam mengkonstruksi citra ia dapat menyebutkan jumlah jendela dengan berjalan
secara mental di seluruh bagian rumahnya.
6)
Penataan
Penataan
atau pengorganisasian informasi dalam kaitannya dengan penyandian pada memori,
maka hal ini akan membawa pengaruh terhadap pemahaman, dengan kata lain,
semakin baik seorang pendidik menata informasi dalam menyajikan materi
pelajaran, maka semakin mudah peserta didik untuk memahami dan mengingatnya
dalam memori.
Pada
proses penyimpanan ada tiga simpanan utama yang erat kaitannya dengan tiga
kerangka waktu yang berbeda, yaitu :
1)
Memori
sensoris
Memori
sensori berfungsi mempertahankan informasi dari dunia, dalam bentuk sensoris
aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid
menerima sensasi visual, suara, dan sensasi lainnya. [31]
2)
Memori
jangka pendek (working memory)
Memori
jangka pendek adalah system memori berkapasitas terbatas dimana informasi
dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau diproses
lebih lanjut.[32]
Trianto mengutip dari Nur, menurut Miller memori jangka pendek mempunyai
kapasitas 5-9 bits informasi. [33]
Lebih lanjutnya Trianto menjelaskan bahwa untuk mempertahankan informasi pada
memori jangka pendek maka harus melakukan pengulangan dengan cara menghafal.
3)
Memori
jangka panjang
Memori
jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama
periode waktu yang lama secara relative permanen. Kapasitas yang dimiliki
memori ini menurut ilmuan computer Jhon Von Neumann tidak terbatas. [34]
Ketiga
konsep di atas dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin, mereka mengatakan bahwa
semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek dengan bantuan
pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori jangka panjang.
Lihat gambar 5 berikut ini :
Memori
sensorik Memori jangka pendek
Memori kangka panjang
Latihan Penyimpanan
Sensoris Atensi
Pengambilan
Input
Gambar 5. Teori memori Atkinson dan Shiffrin [35]
Jika
tipe memori dapat dibedakan, demikian juga isi memori jangka panjang dapat
dibedakan seperti gambar berikut ini :
Memori Jangka
Panjang
Deklaratif
(Eksplisit) Prosedural
(Implisit)
Memori
Episodik Memori Semantik
Gambar 6. Klasifikasi isi memori
jangka panjang [36]
Keterangan :
a.
Memori
deklaratif adalah pengingatan kembali informasi secara sadar.[37]
b.
Memori
prosedural adalah memori yang memiliki kemampuan untuk menginngat kembali
bagaimana melakukan sesuatu.[38]
c.
Memori Episodik
adalah memori yang menyimpan gambaran
atau bayangan mental yang dilihat atau didengar dari
pengalaman-pengalaman pribadi.[39]
d.
Memori semantik
adalah memori yang menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan umum atau generalisasi
informasi yang diketahui.[40]
Untuk semakin mendekatkann pemahaman, maka berikut ini adalah tabel yang menguraikan perbedaan tiga
tingkatan memori.
Tabel 1. Perbedaan antara tiga tingkatan memori [41]
Karakteristik
|
Register
Pengideraan
|
Memori
Jangka Pendek
|
Memori
Jangka Panjang
|
Masuknya
informasi
|
Perhatian
awal
|
Memerlukan
perhatian
|
Latihan
pengulangan
|
Memelihara
informasi
|
Tidak
mungkin
|
Perhatian
terus menerus latihan pengulangan
|
Pengulangan
organisasi
|
Format
informasi
|
Mengcopi
masukan secara apa adanya
|
Bunyi
visual yang mungkin semantik
|
Sebagian
besar semantik, sebagian bunyi, dan suara.
|
Kapasitas
|
Besar
|
Kecil
|
Tidak
diketahui batasannya
|
Hilangnya
informasi
|
Menyeluruh
|
Pergeseran
kemungkinan menyeluruh
|
Kemungkinan
tidak hilang, kemampuan mengakses karena interferensi
|
Selang
berkas
|
¼
- 2 detik
|
Sampai
30 detik
|
Beberapa
menit sampai beberapa tahun.
|
Memanggil
kembali
|
Membaca
yang nyaring
|
Kemungkinan
otomatis butir-butir dalam kesadaran isyarat sesat/bunyi
|
Isyarat
perbaikan kemungkinan proses mencari
|
Kemudian
pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah pengambilan kembali dan melupakan.
Ketika seseorang mengambil informasi dari gudang data, maka ia melakukan
penelusuran untuk mencari informasi yang relevan, pengambilan informasi ini
bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga harus memerlukan usaha.
Dalam
melupakan, ada beberapa istilah yang berkaitan yaitu cue-dependent
forgetting atau kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena
kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif, teori interferensi yang menyatakan
bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan,
tetapi karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat
kembali informasi yang kita inginkan, dan decay teory yang menyatakan
bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa.[42]
b.
Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan
sedikit atau tanpa usaha [43].
Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman individu sehingga otomatis dalam memproses
informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari
peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori
dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
c.
Konstruksi Strategi
Konstruksi
strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini
Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu
problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya
yang relevan untuk memecahkan masalah. [44]
d.
Generalisasi
Untuk
melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu
konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan
anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain.
Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau
memecahkan problem dalam situasi yang baru.[45]
Ada
beberapa tipe transfer, yaitu :
1)
Transfer
dekat atau jauh
Transfer
dekat adalah transfer yang terjadi pada saat situasi yang sama, yaitu transfer
pembelajaran ke situasi yang sama dengan situasi di mana pembelajaran
sebelumnya terjadi. Dicontohkan bahwa ketika siswa belajar mengetik di mesin
tik akan menggunakan kemampuannya saat
mengetik pada keyboard computer. [46]
Transfer
jauh adalah transfer pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari situasi
pembelajaran sebelumnya.[47]
Contoh siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman jual beli, dengan
bekerja sehari pada sebuah toko. Dalam melakukan pekerjaannya, ia harus
mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam proses jual beli, proses aplikasi
inilah yang disebut transfer jauh,
karena situasi jual beli yang didemonstrasikan di kelas tentu sangat berbeda
dengan situasi jual beli yang terjadi di masyarakat.
2)
Transfer
jalur rendah dan jalur tinggi
Transfer
jalur rendah adalah transfer yag terjadi secara otomatis, yaitu pengetahuan
sebelumnya yang telah dimiliki secara tak sadar tertransfer pada situasi yang
lain. Sedangkan transfer jalur tinggi adalah transfer yang dilakukan dengan
banyak usaha dan dengan kesadaran [48]. Dengan maksud bahwa peserta didik secara
sadar membangun koneksi atau mendeteksi hubungan antara apa yang sudah mereka
ketahui atau pelajari pada situasi sebelumnya dengan situasi yang baru mereka
hadapi.
Tentang
pengalaman belajar, Wina Sanjaya menyatakan bahwa ketika seorang pendidik
berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka
pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang
bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat
diperoleh
setiap peserta didik. [49]
Kemudian
Wina Sanjaya memberikan contoh ketika seorang anak kena api, maka kejadian itu
akan memberikan pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan menafsirkan
bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit, sehingga ia bisa
menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari [50].
Namun pada peristiwa lain, anak tersebut mendapat kesempatan belajar memasak
dengan ibunya, dan secara langsung ia mendapat pengalaman bahwa api memberi
manfaat buat dirinya dan keluarganya, dengan membuat kesimpulan dengan adanya
api makanan bisa di masak. Kemudian peran generalisasi akan muncul saat ia bisa
menyimpulkan bahwa api itu panas karena itu jangan sampai mengenai anggota
badan, dan api itu sangat bermanfaat buat manusia terutama dalam memasak
makanan.
3.
Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang
dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang
mengetahui, yang di dalamnya terdapat
dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada
pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi
saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka
pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.[51]
Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi
harus lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir yang
lebih kritis, terutama di sekolah menengah. Baginya ketrampilan kognitif terbagi dua, yaitu mengutamakan kemampuan
murid untuk mengenali dunia, dan ketrampilan untuk mengetahui pengetahuannya
sendiri. [52]
Michael Pressly dan rekan -
rekannya seperti yang
telah dikutip Santrock,
mereka telah
mengembangkan model metakognitf yang disebut model pemrosesan informasi yang
baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi yang kompeten adalah hasil dari
sejumlah faktor yang saling berinteraksi.[53]
F.
Aplikasi Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Dalam
Pembelajaran.
Dalam
aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran, kita dapat mengambil
teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta sampai
pemecahan masalah, serta tahapan tujuan
dari yang rendah sampai ke tinggi, dapat kita lihat pada keterangan yang
dituliskan Harjanto tentang pelajaran melukis, seperti berikut ini :
1.
Siswa dapat
menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar berwarna (fakta).
2.
Siswa dapat
mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).
3.
Siswa dapat
menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna tersebut akan
saling berpengaruh (prinsip)
4.
Siswa dapat
melukis dengan komposisi warna yang
harmonis (pemecahan masalah) [54]
Dan untuk membuat isi pokok bahasan, dapat kita lihat contoh yang
dituliskan oleh Harjanto, dalam beberapa materi ajar.
Tabel 2. Isi
pokok bahasan [55]
Fakta
|
Konsep
|
Prinsip
|
Pemecahan
Masalah
|
Mengajarkan
macam-macam binatang
|
Identifikasi
binatang-binatang sejenis
|
Binatang-binatang
sejenis mempunyai ciri-ciri sama
|
Mengapa
binatang sejenis tidak selalu identik
|
Mengenal Peta
Bumi
|
Identifikasi
beberapa pegunungan
|
Gunung berapi
adalah gunung yang masih aktif dan berbahaya
|
Bagaimana
mengatasi bahaya gunung berapi
|
Memahami
definisi molekul dan gerakan
|
Hubungan
antara molekul dan gerakan
|
Bahwa udara
yang panas (uap air) mengembang
|
Pemanfaatan
tenaga uap untuk mesin/industry.
|
Dan kaitannya dengan contoh aplikasi dalam bidang studi Pendidikan
Agama Islam, materi ajar perilaku terpuji (qana’ah dan tasamuh), sebagai
berikut :
1.
Siswa dapat
menyebutkan pengertian qana’ah dan tasamuh (fakta).
2.
Siswa dapat
mengidentifikasi karakteristik perilaku qana’ah dan tasamuh
(konsep).
3.
Siswa dapat
menyatakan menyampaikan contoh perilaku qana’ah dan tasamuh yang diambil dari
pengalamannya dengan lingkungan (prinsip)
4.
Siswa dapat
mengaplikasikan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupannya dengan penuh
kesadaran (pemecahan masalah).
Contoh
menerapkan teori pemrosesan informasi dalam RPP, sebagai berikut :
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
|
:
|
......................................
|
Mata Pelajaran
|
:
|
Pendidikan
Agama Islam
|
Kelas /Semester
|
:
|
IX/1
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
4.
Membiasakan perilaku terpuji
|
Kompetensi
Dasar
|
:
|
4.3.
Membiasakan perilaku qana'ah dan
tasamuh dalam kehidupan sehari-hari.
|
Alokasi Waktu
|
:
|
2 X 40
menit ( 1 pertemuan)
|
Tujuan
Pembelajaran
·
Siswa dapat
membiasakan diri berperilaku qana’ah dan
tasamuh dalam kehidupan serta merasakan manfaatnya.
Karakter siswa yang
diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence
)
Tanggung jawab ( responsibility
)
Materi
Pembelajaran
·
Pembiasaan
perilaku qana’ah dan tasamuh dalam
kehidupan
·
Manfaat
berperilaku qana’ah dan tasamuh dalam
kehidupan
Metode
Pembelajaran
·
Tanya jawab
·
Modeling
·
Diskusi
·
CTL
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Pendahuluan
·
Apresepsi
·
Guru memotivasi
siswa mengenai indahnya berakhlak mulia.
·
Guru menyampai
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
· Guru menguraikan contoh-contoh perilaku dan bukan prilaku qana’ah dan
tasamuh dalam bentuk tampilan gambar.
2). Elaborasi
·
Siswa melakukan
memberi respon terhadap dengan dapat
membedakan contoh dan bukan contoh pada perilaku qana’ah dan tasamuh.
3)
Konfirmasi
· Siswa menuliskan kesan-kesannya dengan memahami manfaat dari mengaplikasikan
perilaku qana’ah da tasamuh.
4) Latihan
· Siswa membuat kesimpulan manfaat berperilaku qana’ah dan tasamuh
dalam kehidupan.
Kegiatan
Penutup
¨
Guru bersama
siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini. Bermanfaat
atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
Sumber
Belajar
·
Buku PAI Kelas
IX , Penerbit Umum
·
LKS MGMP PAI
SMP / MTS
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen / Soal
|
·
Membiasakan
perilaku qana'ah dan tasamuh dalam lingkungan keluarga
·
Membiasakan
perilaku qana'ah dan tasamuh dalam lingkungan sekolah.
·
Membiasakan
perilaku qana'ah dan tasamuh dalam lingkungan masyarakat
|
Tes tertulis
|
Tes simulasi
|
·
Simulasikan
sikap anak yang toleran terhadap kawannya yang bukan muslim!
|
.........................,
.............20
Mengetahui Guru
Mapel PAI
Kepala Sekolah
_________________ _________________
NIP NIP
Saran Kepala Sekolah :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
G. Penutup
1. Simpulan
Selain teori
behavioristik, kognitif, dan humanistik, ada teori pembelajaran yang relatif
baru, yaitu teori belajar sibernetik. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Jika pada
kognitif mengkaji proses
belajar penting dari hasil belajar, maka
dalam sibernetik yang lebih penting dari
kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi
inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori
sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih luas dari
psikologi kognitif. Dengan perbedaan psikologi kognitif adalah upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan informasi menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan
pemberian urutan operasi pikiran dan hasil operasi itu. Di samping itu karena
teori itu berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori
terus mengalami dinamisasi, karena itulah tokoh-tokoh yang berpengaruh di
dalamnya tidak didominasi oleh hasil pikiran satu orang saja.
Teori
pembelajaran pemrosesan informasi masuk dalam bagian teori sibernetik. Teori
pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini memiliki pendekatan, yang
dimaksud dengan pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif anak
di mana anak dapat mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi
berkenaan dengan informasi yang telah diterimanya. Bahkan menurut pendekatan
ini, anak akan bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan
karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian
yang kompleks
Salah
satu tokoh pemrosesan informasi adalah Robert Gagne, yang menyatakan bahwa
belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap
individu yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari
peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan. Karena itulah
teori ini akan membantu kita untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam
diri peserta didik, mengerti kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
mengetahui hal-hal yang dapat menghambat dan memperlancar proses belajar
peserta didik, sehingga dengan pengetahuan itu seorang guru akan lebih
bijaksana dan tepat dalam menentukan proses belajar.
Pembelajaran
pemrosesan informasi dapat diaplikasikan dalam pembelajaran walaupun dalam
teori sibernetik ada asumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Dengan dasar bahwa cara
belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
2. Implikasi
Sejalan
dengan pernyataan Wina Sanjaya bahwa ketika seorang pendidik berpikir tentang
informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu
juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus
didesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat
diperoleh setiap peserta didik.
Maka
bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus dengan sebaik-baik
penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memberi pengaruh
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para tenaga kependidikan,
terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah waktunya untuk tidak
terlalu memaksakan para pendidik dalam pencapaian target kurikulum, tetapi
lebih mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan mengevaluasi setiap
target setiap pertemuan.
3.
Saran
Dengan memahami teori
pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada para pendidik dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan suasana interaktif,
inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan motivasi untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta kesempatan kepada
peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya menjadikan guru
sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses ilmu dan
perkembangannya melalui kemajuan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Budiningsih, C. Asri, Belajar dan Pembelajaran, cet.1, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2005.
Gredler, Margaret E.Bell, Buku
Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Universitas Terbuka, 1988.
Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Joyce, Bruce, et. al, Models of Teaching, cet. 1, Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2009.
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3, Jakarta
: PT. Bina Aksara, 1989.
Sadiman, Arief S. et al, Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1996.
Sanjaya,Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran,
cet.4, Jakarta: Kencana, 2011.
Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, cet.7, Jakarta: Kencana,
2010.
Santrock, Jhon. W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo.
B.S, Jakarta,: Kencana, 2011.
Soekamto, Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem
Intruksional, Jakarta: Intermedia, 1993.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,
cet.4, Jakarta: Kencana, 2009.
Wardani, A.K, Psikologi Belajar, cet. 2, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2000.
Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya
Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar,, Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni
, 2008. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
Bookrags,
Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
[1]
C. Asri. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, cet.1 (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005), h. 81.
[2]
Ibid.
[3]
A.K. Wardani, Psikologi Belajar, cet. 2 (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), h. 4.15
[4]
Bruce Joyce, et.. al, Models of Teaching, cet. 1, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009), h. 281.
[5]
Margaret E.Bell Gredler, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan,
(Jakarta, Universitas Terbuka, 1988), h. 200.
[6]
Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
[7]
Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada
Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni ,
2008), h. 66. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[8]
Ibid.
[9]
Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada
Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni ,
2008), h. 69. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[10]
Arief S. Sadiman, et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan
Pemanfaatannya, cet. 4 ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h.23.
[11]
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3 (Jakarta : PT. Bina
Aksara, 1989), h. 149.
[12]
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2000), h. 159
[13]
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h.32.
[14]
Harjanto, Perencanaan Pengajaran,
h. 159.
[15] Toeti Soekamto, Perancangan dan Pengembangan Sistem
Intruksional (Jakarta: Intermedia, 1993), h. 83.
[16]
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, h. 82
[17]
Ibid, h. 83
[18]
Ibid, h.83-84.
[19] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 310.
[20] Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4 (Jakarta: Kencana, 2009), h.33
[21] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 310.
[22]
Ibid
[23]
Ibid
[24] Jhon. W Santrock,.
Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 312.
[25]
Ibid
[26]
Ibid, h.313
[27]
Ibid , h.315
[28]
Ibid, h.316
[29] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 316.
[30]
Ibid, h.318.
[31] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 320.
[32]
Ibid
[33] Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,
h.35
[34] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 322.
[35]
Ibid, h.323.
[36] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 324.
[37]
Ibid.
[38] Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,
h.36.
[39]
Ibid, h. 35.
[40]
Ibid, h. 36.
[41]
Ibid.
[42] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 329
[43] Ibid, h. 310..
[44]
Ibid
[45] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 379.
[46]
Ibid
[47]
Ibid
[48] Ibid
[49]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4 (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 160.
[50]
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cet.7 (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122.
[51] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 340.
[52]
Ibid.
[53] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 341.
[54]
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 157.
[55]
Ibid, h. 161.